MITRABERITA.NET | Aceh memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi kreatif yang dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran.
Di bawah kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh yang baru, Mualem-Dek Fadh, ada harapan besar bagi masa depan Aceh yang lebih sejahtera dan maju.
Sejumlah sektor strategis, seperti pariwisata, kuliner, dan yang paling ambisius –pembangunan pusat manasik haji terbesar di Asia Tenggara–, menjadi fokus utama dalam visi mereka untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Aceh.
Ekonomi kreatif, yang meliputi berbagai industri seperti seni, desain, kuliner, serta pariwisata berbasis budaya, diyakini dapat memberi dampak positif terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat.
Menurut Pengamat Ekonomi dan Bisnis, Dr. Amri SE, MSi, sektor-sektor ini dapat memberikan banyak peluang kerja, merangsang kreativitas, dan membuka lapangan usaha baru bagi masyarakat Aceh.
“Aceh butuh kebijakan yang berani, kebijakan yang pro rakyat, dan dukungan anggaran yang cukup untuk merealisasikan sektor ekonomi kreatif ini,” ujar Dr. Amri, Sabtu 30 November 2024.
Pentingnya dukungan anggaran, menurut Dr. Amri, menjadi kunci keberhasilan program-program besar yang diusung oleh Mualem-Dek Fadh lima tahun ke depan.
Salah satu proyek besar yang akan meningkatkan sektor pariwisata dan perekonomian Aceh adalah pembangunan pusat manasik haji terbesar di Asia Tenggara. Untuk mewujudkannya, kata Dr. Amri, dukungan dari pemerintah pusat sangat diperlukan.
“Untungnya, dengan kedekatan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh yang terpilih dengan Presiden Prabowo Subianto, proyek ini sangat mungkin terealisasi,” ujarnya.
Selain itu, sektor ekonomi kreatif di Aceh juga akan mendapat dukungan tambahan dari Teuku Riefky Harsya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang juga putra Aceh.
Sebagai Sekjen Partai Demokrat dan mantan anggota DPR RI dari Aceh selama empat periode, Teuku Riefky memiliki koneksi kuat dan pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan potensi Aceh. Dukungan dari kementerian yang dipimpinnya tentu akan mempercepat perkembangan ekonomi kreatif di Aceh.
“Sektor kuliner, misalnya, sudah sejak lama dikenal sebagai salah satu kekuatan khas Aceh yang dapat dipromosikan untuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Begitu pula dengan seni dan kerajinan tangan yang bisa menjadi daya tarik baru bagi pasar internasional. Kombinasi ini berpotensi besar untuk memperkenalkan Aceh sebagai pusat budaya dan ekonomi kreatif yang berkembang pesat,” jelas Amri.
Dengan adanya kebijakan yang tepat dan dukungan penuh dari pemerintah pusat, sektor ekonomi kreatif di Aceh bukan hanya dapat menciptakan lapangan pekerjaan, tetapi juga mendorong masyarakat untuk berwirausaha.
Dan dengan adanya berbagai kebijakan tersebut di bawah kepemimpinan Mualem-Dek Fadh, kata Dr Amri, diharapkan mampu mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran yang masih menjadi tantangan utama di provinsi ini.
Ke depan, Aceh akan semakin bergerak maju, tidak hanya melalui sektor konvensional seperti pertanian dan industri, tetapi juga dengan memaksimalkan potensi ekonomi kreatif.
“Dengan kolaborasi antara pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan berbagai pihak terkait, Aceh diharapkan mampu menjadi salah satu pusat ekonomi kreatif terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Ini adalah langkah penting untuk memastikan masa depan yang lebih sejahtera bagi seluruh masyarakat Aceh,” tandasnya.
“Ayo bangun Nusantara mulai dari pintu barat Indonesia, Aceh sejahtera, Indonesia jadi negara maju atau Indonesia Emas sebagaimana harapan dan cita-cita Presiden Prabowo Subianto,” tutupnya.