Ternyata Ini Alasan Tingginya Angka Perceraian di Aceh Besar

  • Bagikan
Foto ilustrasi perceraian.

MITRABERITA.NET | Aceh Besar digemparkan dengan berita tingginya angka perceraian yang mencuat ke permukaan, dengan berbagai alasan yang mencerminkan kompleksitas hubungan rumah tangga.

Hal ini diungkapkan Ketua Mahkamah Syar’iyah Jantho Dr. Muhammad Redha Valevi melalui Juru Bicara Mahkamah Syar’iyah Jantho, Nurul Husna, dalam wawancara khusus dengan Wartawan MITRABERITA.NET pada Senin 6 Januari 2025.

Nurul Husna menjelaskan bahwa perselisihan, campur tangan keluarga, hingga masalah kesetiaan menjadi alasan utama suami menceraikan istri melalui proses cerai talak.

Sementara itu, para istri yang menggugat cerai suami mereka banyak dipicu oleh perilaku buruk suami seperti berjudi, ketidakmampuan secara ekonomi, hingga masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

“Kami mendapati banyak kasus di mana suami menceraikan istri karena tidak adanya kecocokan, atau bahkan karena termohon (istri) memiliki hubungan dengan pria lain,” ungkap Nurul Husna.

Namun, yang lebih mengejutkan adalah alasan para wanita di Aceh Besar menggugat cerai suami mereka. Dari dugaan KDRT, kecanduan game online, hingga ketidakmampuan suami memenuhi kebutuhan biologis dan ekonomi keluarga.

Salah satu kasus yang cukup menyayat hati adalah seorang istri yang terpaksa mengajukan gugatan cerai setelah suaminya tidak menunjukkan tanggung jawab selama 15 tahun pernikahan akibat impotensi yang tak kunjung sembuh.

Kasus perceraian yang paling memprihatinkan adalah adanya suami yang lebih sibuk bermain game hingga subuh, sehingga abai terhadap keluarga. “Ada anak yang mengatakan kepada ibunya, ‘Ayah tidak pernah mau main denganku,’ dan itu sangat memilukan,” tambah Nurul.

Meningkatnya angka perceraian ini menjadi sorotan tajam di tengah masyarakat Aceh Besar yang dikenal religius. Nurul Husna berharap fenomena ini menjadi bahan introspeksi bagi semua pihak, baik pasangan suami istri maupun keluarga besar, agar menjaga harmoni rumah tangga dan mengurangi campur tangan yang tidak perlu.

Kondisi ini mengundang keprihatinan berbagai pihak, termasuk ulama dan tokoh masyarakat, yang menyerukan pentingnya pendidikan pranikah dan komunikasi yang sehat dalam keluarga.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *