MitraBerita | Delapan Warga Negara Indonesia (WNI), termasuk tiga pemuda asal Aceh, kini menghadapi masalah serius setelah menjadi korban penipuan kerja di Kamboja.
Mereka saat ini ditahan kepolisian lokal di Gedung Police Commissioner Head Quarter Kandal Province, Kamboja, untuk menjalani pemeriksaan setelah melarikan diri dari tempat kerja mereka.
Ketiga pemuda asal Aceh tersebut yaitu MN dari Aceh Utara, EM dari Aceh Timur, dan MR dari Kota Lhokseumawe. Sementara itu, lima korban lainnya berasal dari Sumatera Utara dan Pulau Batam.
Informasi ini disampaikan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia asal Aceh, H. Sudirman alias Haji Uma, melalui keterangan resminya yang diterima media ini, Rabu 7 Agustus 2024.
Menurut Haji Uma, para korban ini awalnya tertarik bekerja di Kamboja karena tawaran gaji tinggi sebesar 1000 USD per bulan. Namun, setibanya di Kamboja, mereka ternyata dipekerjakan di tempat yang tidak sesuai dengan janji, yakni restoran dengan gaji yang jauh lebih rendah, hanya 100 USD per bulan.
Merasa tertipu dan tidak tahan, mereka melarikan diri dari tempat kerja mereka di Chrey Thum dan melaporkan kasus penipuan kepada otoritas kepolisian di Kandal.
Haji Uma menjelaskan bahwa pihaknya telah berupaya untuk membantu para korban dengan menyurati Direktorat Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia (BHI) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, meminta perlindungan dan pemulangan para korban ke tanah air.
Selain itu, Haji Uma juga telah menyalurkan bantuan sebesar 2 juta rupiah untuk kebutuhan makan mereka selama menjalani pemeriksaan oleh kepolisian setempat.
Haji Uma mengimbau agar para pemuda Aceh tidak mudah terpengaruh oleh tawaran pekerjaan di luar negeri dengan gaji tinggi yang sering kali berakhir dengan penipuan.
Ia berharap masyarakat Aceh lebih waspada dan membantu menyosialisasikan risiko penipuan ini untuk melindungi calon pekerja di masa depan.
Banyaknya warga Aceh yang tergiur berkerja ke luar daerah bahkan ke luar negeri tentu bukan hanya karena iming-iming gaji yang tinggi, namun juga karena kurangnya lapangan pekerjaan di Aceh.
Seperti diketahui, Aceh saat ini termasuk salah satu provinsi dengan angka kemiskinan dan pengangguran yang tinggi, sehingga mendorong sebagian pemuda Aceh mencari pekerjaan ke luar negeri.