“Hilirisasi komoditas adalah langkah strategis dan kongkrit yang dapat mengoptimalkan nilai tambah produk sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, kongkritnya buat pabrik minyak goreng, pabrik tepung, pabrik gula mini, pabrik pengolahan ikan, dan lain lain” kata Dr Amri.
ACEH, yang terdiri dari 23 kabupaten/kota, 285 kecamatan, dan 6.500 Gampong (desa), dengan jumlah penduduk sekitar 5,5 juta jiwa, dikenal sebagai provinsi yang sebagian besar penduduknya bergantung pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.
Namun, hasil produksi masyarakat Aceh umumnya hanya dijual dalam bentuk bahan mentah atau komoditas tanpa melalui proses pengolahan lebih lanjut. Hal ini menyebabkan potensi ekonomi Aceh belum sepenuhnya terangkat, padahal hilirisasi dapat menjadi kunci untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu contoh nyata adalah hasil kebun sawit di Aceh yang tidak pernah diolah menjadi minyak goreng. Bahkan, Aceh, yang seharusnya memiliki potensi besar dalam sektor pangan, masih tergolong rawan pangan, mengimpor banyak bahan kebutuhan pokok seperti minyak goreng, gula, telur, dan beras.
Menurut Pengamat Ekonomi dan Bisnis, Dr Amri SE MSi, Kondisi ini menunjukkan bahwa Aceh memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap produk luar daerah, yang berdampak pada minimnya perputaran ekonomi di dalam daerah a eh sendiri.
Selain itu, meskipun Aceh menerima alokasi Dana Insentif Daerah (DIPA) dari pemerintah pusat yang mencapai sekitar Rp 48 triliun, sebagian besar dana tersebut keluar dari Aceh tanpa memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian lokal.
“Akibatnya, Aceh masih tercatat sebagai provinsi termiskin di Sumatera dengan angka kemiskinan mencapai 14,75 persen,” ujar Dr Amri, pada Wartawan MITRABERITA, di Banda Aceh, Rabu 11 Desember 2024.
Dr Amri menjelaskan, hilirisasi komoditas, yakni pengolahan produk mentah menjadi barang jadi, merupakan salah satu solusi yang sangat potensial untuk meningkatkan ekonomi Aceh ke depan.
Dengan hilirisasi, produk pertanian, perkebunan, dan perikanan yang selama ini hanya dijual dalam bentuk mentah, dapat diproses menjadi produk bernilai tambah.
“Sebagai contoh, pabrik minyak goreng, pengolahan ikan dan hasil laut, pabrik pengemasan beberapa komoditas pangan, serta industri lainnya dapat menjadi pendorong utama bagi ekonomi Aceh,” katanya.
Ia mengajak bahwa proses hilirisasi juga akan membuka lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja lokal. Seiring dengan meningkatnya kualitas produksi, hal ini akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya pada sektor industri di Aceh.
“Dengan demikian, hilirisasi dapat menciptakan efek ganda (multiplier effect) yang positif, mempercepat perputaran barang dan jasa, serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Aceh yang lebih inklusif,” kata Dosen Ekonomi dan Bisnis dari Universitas Syiah Kuala tersebut.
Hilirisasi komoditas pertanian, peternakan, perkebunan juga sejalan dengan program ketahanan pangan yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto. Program ini bertujuan untuk memastikan ketersediaan pangan yang cukup, aman, dan terjangkau bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Aceh, dengan potensi besar pada sektor pertanian dan perikanan, harus mampu menyahuti dan memanfaatkan peluang ini untuk memperkuat ketahanan pangan nasional sekaligus 8 kesejahteraan masyarakatnya,” tegas Amri.
Menurutnya, Aceh membutuhkan pabrik dan industri yang dapat mengolah hasil bumi menjadi barang jadi. Pabrik minyak goreng, pengolahan ikan, kemasan kopi, serta sektor-sektor industri lain yang berhubungan dengan sumber daya alam Aceh diharapkan segera dikembangkan.
Selain memenuhi kebutuhan pasar domestik, produk-produk tersebut juga dapat diekspor, memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi perekonomian daerah.
Dengan hilirisasi, Aceh dapat melepaskan diri dari ketergantungan pada komoditas mentah dan membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih mandiri dan berkelanjutan.
Amri mengungkap bahwa hilirisasi bukan hanya tentang meningkatkan daya saing produk Aceh di pasar global, tetapi juga tentang menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Aceh.
“Hilirisasi komoditas adalah langkah strategis dan kongkrit yang dapat mengoptimalkan nilai tambah produk sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, kongkritnya buat pabrik minyak goreng, pabrik tepung, pabrik gula mini, pabrik pengolahan ikan, dan lain lain” kata Dr Amri.
“Melalui penerapan hilirisasi di berbagai sektor, Indonesia khususnya Aceh tidak hanya mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah, tetapi juga menciptakan industri yang lebih berkelanjutan dan bernilai tinggi,” pungkasnya.