MITRABERITA.NET | Di tengah kondisi sulit akibat banjir dan longsor yang melanda Aceh Barat dan Nagan Raya, solidaritas masyarakat kembali menemukan jalannya untuk bisa saling membantu.
Komunitas Beuneung.id, sebuah gerakan sosial yang aktif mengampanyekan hidup berkesadaran, minimalis, dan zero waste, menuntaskan penyaluran bantuan hasil donasi publik yang mencapai Rp 76.613.000 hanya dalam waktu satu pekan.
Donasi yang dihimpun sejak 29 November hingga 5 Desember 2025 itu menjadi bukti bahwa kepedulian kolektif masyarakat terhadap sesama tetap mengakar kuat. Bantuan langsung disalurkan ke berbagai titik terdampak, termasuk wilayah Woyla, Lamie, Tripa, Sikundo, dan Beutong.
Beuneung.id yang didirikan oleh Rahmah Inayatillah, Ulfa Mudhia, dan Ade Ulfa Lahanda, lahir dari gagasan sederhana, menjadi “benang” yang menghubungkan kebaikan antarmanusia.
“Kami ingin Beuneung menjadi jembatan bagi orang-orang yang ingin berbagi,” kata Rahmah Inayatillah, penggerak Beuneung.id. “Semoga bantuan ini dapat meringankan beban saudara-saudara kita yang terkena musibah,” ujar Ulfa Mudhia dalam keterangan tertulis kepada media ini, Senin 8 Desember 2025.
Posko donasi yang berlokasi di Jalan Sentosa, Ruko Sikulapedia, Meulaboh, dibuka setiap hari dari pagi hingga sore, dioperasikan oleh 18 relawan yang bergantian menjaga dan mengelola logistik. Selain donasi uang, masyarakat juga menyumbangkan pakaian, barang keperluan rumah, hingga barang untuk bayi dan lanjut usia.
Ia mengungkap, dana Rp 76 juta lebih tersebut disalurkan dalam bentuk berbagai kebutuhan mendesak, antara lain ratusan paket sembako berupa beras, minyak, telur, mi instan.
Selanjutnya ada 150 paket gulai daging siap santap, air mineral, popok bayi dan lansia, selimut, kain sarung, perlengkapan mandi, obat-obatan, perlengkapan shalat dan alat dapur, dan lebih dari 3 ton pakaian layak pakai.
Bantuan ini berasal dari berbagai pihak, termasuk individu, PT PLN Nagan Raya, Aksi Bergerak, Career Class, Toko Andika, siswa SDIK Asy-Syafii, serta komunitas dan organisasi sosial lain di Aceh Barat dan Nagan Raya.
Penyaluran bantuan tidak berjalan mudah. Relawan harus membagi waktu antara pekerjaan pribadi dan tugas jaga posko, serta menghadapi medan penyaluran yang berbahaya.
“Medannya sulit dan penuh risiko. Kami harus ekstra hati-hati saat menyalurkan bantuan ke lokasi banjir,” tambah Muhammad Hanif, relawan Beuneung.id.
Relawan lain, Muhammad Fauzi Hasan atau Koko, mengaku ikut mengantar bantuan hingga ke wilayah pedalaman untuk menyalurkan langsung bantuan kemanusiaan yang berhasil dikumpulkan.
“Rasanya campur aduk, capek, senang, sedih. Tapi melihat senyum warga yang menerima bantuan membuat semua lelah hilang. Hanya saja, masih ada rasa tidak puas karena belum bisa menjangkau daerah lain yang lebih parah,” ujarnya.
Para relawan berharap Beuneung.id dapat terus menjadi ruang berkumpulnya orang-orang yang ingin membantu, terutama mereka yang hidup di daerah pelosok. “Semoga Beuneung.id selalu ada untuk siapa pun yang membutuhkan, kapan pun bencana datang,” ujar Koko.
Editor: Redaksi
