MitraBerita | Suasana politik menjelang Pilkada Aceh tahun 2024 semakin panas pasca viralnya aksi sejumlah orang di Aceh Utara yang mendatangi rumah salah satu timses bakal calon gubernur Aceh.
Aksi penuh arogansi itu viral di media sosial TikTok, Instagram hingga ke grup grup WhatsApp. Yang mana, sejumlah orang yang mengaku diri sebagai Santri Pecinta Ulama, ramai-ramai mendatangi rumah salah seorang anggota tim pemenangan Mualem di Gampong Binjee, Kecamatan Nisam, Aceh Utara.
Menurut informasi yang dihimpun media ini, aksi tersebut dipimpin oleh Tgk Zakaria, seorang pimpinan dayah di Simpang Mamplam, Bireuen, dan menjadi viral setelah video rekamannya menyebar luas di media sosial.
Dalam video yang beredar, terlihat aksi Tgk Zakaria dan kelompoknya yang tampak bertindak keras dan arogan saat berbicara dengan warga, sehingga membuat suasana di lokasi menjadi tegang.
Peristiwa ini langsung memicu perdebatan di ruang publik. Banyak pihak mengecam keras aksi Santri Pecinta Ulama, dan menilai tindakan mereka tidak mencerminkan nilai-nilai kesantunan dan perdamaian yang dijunjung tinggi oleh para ulama Aceh.
Ketua Laskar Panglima Nanggroe, Sulaiman Manaf mengatakan, aksi yang dilakukan sama sekali tidak mencerminkan budaya santri yang penuh sopan santun. ”Santri itu akhlak mereka sangat mulia dan beradab, tidak seperti yang terlihat di video itu, sangat arogan,” ujarnya, di Banda Aceh, Jumat 13 September 2024.
Sulaiman menuturkan, bagi santri adab itu lebih tinggi daripada ilmu, karena itulah yang diajarkan oleh para ulama sebagaimana sabda Rasulullah, “Adab itu diatas ilmu”.
“Kalau gaya gaya seperti yang terlihat di dalam video tersebut malah mirip mirip dengan gaya premanisme. Aksi aksi premanisme seharusnya tidak boleh ada di Aceh, sangat merusak persatuan umat,” katanya.
“Mirip preman,” tambah Sulaiman, yang mengaku menyesalkan aksi aksi yang tidak seharusnya ada di Tanah Rencong.
Dalam kesempatan tersebut, Sulaiman mengingatkan kembali pesan para ulama bahwa sangat penting menjaga persatuan dan perdamaian di Aceh.
“Almarhum Tu Sop selalu berpesan agar selalu menjaga persatuan, tidak terpecah belah, dan jangan membalas jika ada orang yang mencaci maki kita, itulah yang harus kita pegang teguh, itu pesan dari ulama kita,” jelasnya.
Walaupun Tu Sop sudah tiada, lanjut Sulaiman, ilmu dan nilai-nilai penuh peradaban yang ditanam oleh almarhum seharusnya dijaga dan diikuti dengan baik oleh masyarakat Aceh khususnya para santri yang mengaku mencintai ulama.
“Sebagai pecinta ulama, harusnya tidak bertindak arogan seperti preman, marilah menjaga persatuan dan kedamaian, contoh saja kepada Mualem, yang selalu dicaci maki orang tapi belum pernah sekalipun beliau membalas, begitulah harusnya seorang pemimpin yang harus kita ikuti,” tegasnya.
“Kita juga berharap dan mengimbau kepada masyarakat Aceh agar tidak terpancing dengan provokasi provokasi murahan yang dapat mengganggu stabilitas sosial dan keamanan Aceh di tengah suhu politik yang makin meningkat,” imbau Ketua Laskar Panglima Nanggroe.