MitraBerita | Penampilan pasangan calon gubernur-wakil gubernur Aceh Muzakir Manaf-Fadhlullah alias Mualem-Dek Fad dalam debat kedua cagub-cawagub Aceh pada Kamis 31 Oktober lalu, ternyata membuat para pendukung lebih memantapkan hati mereka memilih pasangan tersebut.
Hal itu disampaikan Juru Bicara DPA Laskar Panglima Nanggroe, Kahlil Gibran, kepada media ini, Selasa 5 November 2024, yang menyatakan dukungan dan pilihan dari Laskar Panglima Nanggroe semakin meyakinkan.
Khalil mengungkap, penampilan Mualem yang apa adanya membuat mereka semakin percaya bahwa Mualem tidak suka pencitraan seperti pasangan lain.
“Kita juga menyimak bagaimana pemahaman pasangan Mualem-Dek Fad terhadap permasalahan Aceh, ternyata sangat mendalam. Ini merupakan dasar bagi Mualem-Dek Fad membangun Aceh ke depan,” katanya.
Mualem dinilai juga mencuri perhatian masyarakat karena menggunakan pakaian khas Gayo pada saat tampil dalam acara debat.
Tidak hanya soal penampilan, substansi yang mereka sajikan juga dianggap menyentuh langsung pada isu-isu penting yang menjadi sorotan masyarakat.
Dalam pemaparannya, pasangan cagub-cawagub Aceh nomor urut 2 itu menunjukkan ketegasan visi mereka, menyuarakan capaian kinerja yang telah mereka raih saat menjabat, serta komitmen untuk membawa perubahan berarti bagi Aceh.
Kahlil Gibran menyebut bahwa penampilan paslon cagub-cawagub Aceh nomor urut 2 telah menunjukkan kelas tersendiri yang mampu memikat hati masyarakat kalangan bawah.
“Mualem-Dek Fad bukan hanya hadir sebagai calon pemimpin, tetapi juga sebagai harapan bagi Aceh yang lebih bermartabat. Mereka bicara dengan data, berbicara dengan realita di lapangan, bukan sekadar janji kosong,” tegas Kahlil.
Sikap ini mendapat dukungan penuh dari Ketua DPA Laskar Panglima Nanggroe, Sulaiman Manaf. Yang mana, menurut Sulaiman, Mualem-Dek Fad membawa semangat perjuangan yang nyata untuk mengatasi berbagai polemik di Aceh.
Sulaiman menyoroti khusus soal polemik izin tambang yang mencuat belakangan ini, menyebut Mualem sebagai sosok berani saat mengungkap fakta manipulasi dan monopoli yang selama ini terjadi.
“Izin tambang selama ini bukan hanya soal administrasi, tetapi juga menyangkut kehidupan banyak orang di Aceh. Mualem satu-satunya yang punya nyali untuk menantang praktik-praktik tidak sehat itu,” katanya.
Menurut Sulaiman Manaf, beberapa bulan lalu ada dugaan manipulasi dan monopoli izin tambang. “Mualem dibutuhkan oleh rakyat Aceh sebagai pemimpin yang berani melawan ketidakadilan,” kata Sulaiman.
Ia juga sepakat dengan Mualem yang menyentil kebijakan tambang, dimana dianggap tidak pro rakyat, namun lebih menguntungkan pihak-pihak tertentu yang berpotensi menghancurkan sumber daya alam Aceh.
“Argumentasi yang disampaikan oleh Mualem mengenai isu ini kita melihat direspons hangat oleh audiens, yang seakan mewakili suara keresahan masyarakat Aceh selama ini,” kata Sulaiman.
“Kita berharap ke depan Mualem bisa menertibkan izin izin tambang yang merugikan Aceh. Izin tambang ke depan harus memberikan dampak positif bagi rakyat Aceh, kalau tidak menguntungkan orang banyak, lebih baik dievaluasi dan dicabut izinnya,” pungkasnya.