MITRABERITA.NET | Aceh adalah daerah yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki sejarah panjang sebagai salah satu daerah modal bagi kemerdekaan bangsa Indonesia, masih bergulat dengan persoalan kemiskinan yang mengakar.
Di balik keindahan alamnya, masih banyak masyarakat yang hidup dalam keterbatasan, tanpa akses layak terhadap pendidikan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan yang memadai.
Ironisnya, meski triliunan rupiah dana otonomi khusus digelontorkan setiap tahunnya, angka kemiskinan di Aceh tetap tinggi dibandingkan provinsi lain di Indonesia.
Banyak warga yang tinggal di rumah tak layak huni, bertahan dengan penghasilan pas-pasan, bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.
Salah satu contohnya, Saifuddin (47), bersama istrinya Nasriah (37), di Meurandeh Paya, Kecamatan Baktiya Barat, Aceh Utara, yang masih hidup di sebuah rumah reyot.
Komplikasi jantung, paru, ginjal, dan nyeri lutut yang dideritanya selama tiga tahun terakhir juga telah membuat Saifuddin kehilangan daya untuk bekerja, apalagi menafkahi keluarga.
Kini, istrinya Nasriah yang terpaksa harus menjadi tulang punggung keluarga satu-satunya, berjuang dari pekerjaan serabutan demi menyambung hidup keempat anak mereka.
Rumah mereka tidak layak huni, atap pelepah rumbia bocor di sana-sini, dinding kayu mulai lapuk, dan lantai tanah yang mereka pijak sesekali berubah menjadi lumpur di musim hujan turun.
“Kalau hujan deras, kami basah semua. Anak-anak menggigil kedinginan,” ujar Nasriah dengan suara lirih, saat ditemui di rumahnya, Rabu 5 Februari 2025.
Mereka mengaku pernah dijanjikan akan dibangun rumah yang layak oleh Keuchik (kades) Meurandeh Paya, tapi janji tinggal janji, belum ada bayangan rumah layak huni.
“Sudah dijanjikan rumah, tapi sampai sekarang tidak ada kabarnya lagi,” kata Saifuddin. Suaranya pelan, matanya kosong menatap langit-langit rumahnya yang mulai rapuh.
Di tengah situasi yang semakin sulit, keluarga ini akhirnya meminta pertolongan kepada Syakban, pria yang akrab disapa Tgk Adam.
Tgk Adam bukanlah seorang pejabat atau orang kaya, tapi hanya seorang anak mendiang kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), yang hatinya tergerak untuk membantu.
Tgl Adam memang tidak terkenal sebagai tokoh sosial, tapi selama ini ia aktif membantu masyarakat miskin yang membutuhkan uluran tangan dermawan di pelosok Kabupaten Aceh Utara.
Tgk Adam yang tersentuh dengan kondisi Saifuddin, juga mengabarkan situasi ini ke awak media, berharap ada pihak yang tergerak membantu.
“Bang Saifuddin sudah lama sakit, istrinya berjuang sendirian. Tapi mereka seperti diabaikan. Ini bukan soal bantuan semata, ini soal kemanusiaan,” ujarnya, Rabu malam 5 Februari 2025.
Ia juga berharap janji-janji yang pernah disampaikan oleh siapapun pun untuk membantu membangun rumah Saifuddin, yang hingga kini belum terealisasi, agar ikut berkontribusi.
“Pemerintah sering bicara soal kesejahteraan, tapi kenapa kasus seperti ini masih terjadi? Kalau ada rumah layak yang bisa diberikan, kenapa harus menunggu, marilah kita bantu sama-sama untuk meringankan beban hidup saudara kita,” ajaknya.
Bagi yang ingin membantu keluarga Saifuddin, Ia juga memberikan nomor kontak yang bisa dihubungi, Syakban (Tgk Adam): +60 11-6159 8700.
“Setiap bantuan dari saudara dimana pun, kita akan pergunakan untuk kepentingan Pak Saifuddin dan keluarga. Semoga Allah berikan kita kemudahan dan kesejahteraan,” pungkasnya.