Duel Amerika vs China: Siapa Bertahan, Siapa Tumbang?

Foto: MB-HSP

Saat dua kekuatan raksasa dunia bentrok dalam perang tarif brutal, ekonomi global terombang-ambing di tengah ketidakpastian.

MITRABERITA.NET | Saat dunia memasuki paruh kedua dekade 2020-an, dua nama besar mengunci tanduk: Amerika Serikat dan China. Perang tarif yang mereka lontarkan bukan sekadar perang ekonomi biasa —ini adalah perebutan mahkota hegemoni global.

Presiden Donald Trump, dengan gaya khasnya yang flamboyan dan tanpa kompromi, menaikkan tarif impor terhadap China hingga 125%, menuding Beijing sebagai biang keladi ketidakadilan pasar dunia.

China, dengan ketenangan seorang grandmaster catur, membalas langkah demi langkah, memperlihatkan bahwa ia tidak akan tunduk begitu saja pada tekanan Amerika.

Ini bukan hanya soal angka perdagangan, surplus atau defisit. Ini adalah pertarungan ideologi, model demokrasi liberal ala Washington versus kapitalisme otoriter Beijing.

Lebih dalam lagi, ini adalah pertarungan tentang siapa yang akan menulis aturan main abad ke-21.

Apakah dunia akan tetap berada di bawah dominasi dollar Amerika? Atau, akankah Renminbi China perlahan menggerus tatanan lama?

Yang pasti, di setiap putaran tarif baru, ekonomi dunia membayar harga mahal yaitu ketidakstabilan pasar saham, penurunan investasi, rantai pasok yang tersendat, dan meningkatnya inflasi global.

Sejarah mengajarkan bahwa benturan raksasa seperti ini tidak pernah berakhir tanpa konsekuensi besar.

Mungkin dunia sedang menyaksikan bukan hanya Perang Dagang, tapi awal dari sebuah “Tatanan Dunia Baru” di mana pemenangnya akan mengubah wajah globalisasi selamanya.