MITRABERITA.NET | Kondisi darurat di Kabupaten Bener Meriah belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Banjir dan longsor yang melanda kawasan tersebut membuat akses lumpuh, logistik tersendat, serta energi dan BBM semakin langka.
Menyikapi kondisi tersebut, Bea Cukai Lhokseumawe kembali menyalurkan bantuan kemanusiaan sekaligus memperluas titik distribusi untuk menjangkau lebih banyak warga terdampak.
Kepala Kantor Bea Cukai Lhokseumawe, Agus Siswadi, mengungkapkan bahwa situasi di Kecamatan Permata dan beberapa wilayah sekitarnya masih sangat memprihatinkan. Infrastruktur rusak, jembatan terputus, serta jalur utama tak bisa dilewati kendaraan roda empat.
“Akses menuju lokasi masih sulit. Jembatan di Gampong Seni Antara belum bisa dilewati, sehingga warga dan relawan harus menyeberangi sungai di bawah jembatan. Alat berat untuk pemasangan jembatan bailey sudah disiagakan, namun operasionalnya terhambat keterbatasan BBM,” ujar Agus, pada Selasa 9 Desember 2025.
Jalur darat menuju sejumlah titik masih terputus. Satu-satunya akses yang memungkinkan hanyalah jalan alternatif atau jalan tikus dari Simpang Buntul Putri menuju Takengon. Motor dapat melintas, namun distribusi logistik terpaksa dilakukan secara manual dengan bantuan tenaga warga dan relawan.
Di sisi energi, situasi tak kalah genting. BBM semakin langka dan tak hanya menghambat aktivitas warga, tetapi juga mematikan operasional alat berat yang dibutuhkan untuk membuka akses dan membersihkan material longsor.
Listrik hanya menyala dalam durasi pendek menggunakan mesin diesel darurat. Warga pun kesulitan mendapat penerangan dan sambungan komunikasi.
Kelangkaan pangan mulai terasa. Harga beras di Simpang Uling melonjak hingga Rp235.000 per 15 kg, bahkan lebih tinggi, Rp250.000 per 15 kg, di wilayah dekat jembatan runtuh. Meski beras Bulog tersedia dengan harga Rp56.000 per 5 kg, jumlahnya terbatas dan cepat habis.
“Warga terpaksa berjalan kaki hingga puluhan kilometer untuk mendapatkan sembako. Banyak membawa anak kecil sambil memikul barang seadanya,” jelas Agus.
Masyarakat kini membentuk posko-posko swadaya di sejumlah titik untuk menjaga kelancaran distribusi antar kampung.
Melihat kondisi lapangan yang semakin berat, Bea Cukai Lhokseumawe bersama Kementerian Keuangan merencanakan penyesuaian titik penurunan bantuan agar lebih dekat dengan wilayah yang tertutup akses.
“Kami ingin memastikan bantuan tepat sasaran dan warga tidak perlu lagi menempuh perjalanan berbahaya melalui medan berat,” tegas Agus.
Bea Cukai Lhokseumawe memastikan penyaluran bantuan akan terus dilanjutkan bekerja sama dengan pemerintah daerah, relawan, dan komunitas masyarakat hingga kondisi darurat benar-benar pulih.
Editor: Redaksi













