MITRABERITA.NET | Kritik keras kembali menghujiani pemerintah dan aparat penegak hukum di negeri ini, menyusul bencana banjir besar yang meluluhlantakkan sejumlah wilayah Sumatera khususnya Aceh.
Mantan aktivis referendum Aceh, Darnisaf Husnur alias Bang Saf, menegaskan bahwa bencana yang terjadi bukanlah musibah alam semata, melainkan akibat ulah manusia yang selama bertahun-tahun merusak hutan tanpa pengawasan dan penindakan tegas.
Dalam pernyataannya, Bang Saf menyebut banjir besar dan banjir bandang di Aceh sebagai “bencana buatan”, lahir dari kerakusan segelintir orang yang menumpuk harta dengan cara merusak hutan dan lingkungan.
“Bencana alam Aceh bukan salah alam, tapi salah manusia serakah yang selama ini menumpuk harta dengan merusak alam,” tegasnya, kepada wartawan MITRABERITA.NET, Ahad 8 Desember 2025.
Ia mengingatkan bahwa peristiwa serupa telah berulang kali terjadi, tetapi tidak pernah ada langkah serius untuk menghentikan kejahatan yang menjadi biang keroknya.
Bang Saf menilai banjir bukan disebabkan curah hujan di bulan November–Desember, melainkan karena pembiaran yang terjadi bertahun-tahun terhadap para pelaku pembalakan liar.
“Yang jadi masalah besar bukan karena hujan. Masalahnya adalah pembiaran terhadap para penjahat yang setiap hari membabat hutan Sumatera bahkan di pulau lain di Indonesia,” ujarnya.
Ia juga meyakini bahwa meski bencana sudah menelan korban jiwa, merusak fasilitas umum, dan mempermalukan Aceh di mata internasional, para pelaku perusakan hutan tetap tidak akan tersentuh hukum.
Mafia Selalu Lebih Perkasa
Lebih jauh, Bang Saf memberikan pernyataan yang semakin tajam dan mengguncang. Ia menyebut bahwa kekuatan mafia penebangan liar begitu besar hingga aparat pun terkesan takut menindak.
“Kalau boleh jujur, para penjahat itu bukan hanya jahat. Mereka juga ditakuti aparat keamanan. Kalau tidak, mana mungkin kejahatan mereka dibiarkan begitu saja?”
Ia menilai aparat sudah kalah sebelum bertindak, bukan karena tidak mampu, tetapi karena mengetahui siapa “bos besar” yang berada di balik kerusakan hutan.
Bang Saf menyampaikan seruan keras kepada masyarakat Aceh agar tidak tinggal diam jika bencana terus merusak kehidupan mereka selama bertahun-tahun tanpa adanya perbaikan.
“Ke depan, masyarakat harus ambil tindakan langsung. Kalau ada penebangan hutan, ambil tindakan tegas tanpa harus menunggu aparat. Karena aparat pasti tidak akan mampu bertindak kalau tahu siapa bosnya.”
Pernyataan ini menjadi alarm keras di tengah kondisi Aceh yang setiap tahun seolah tak pernah lepas dari bencana ekologis akibat kerusakan hutan dan alam.
Bang Saf yang mengaku geram dengan ulah para penjahat lingkungan mengibaratkan kayu gelondongan yang hanyut bersama banjir sebagai bukti tak terbantahkan tentang siapa penyebab bencana.
“Kayu gelondongan itu saksi bisu. Mereka tidak bicara, tapi mereka menyampaikan bahwa bencana ini akibat ulah tangan tangan kotor para penjahat dan penjajah negeri ini,” pungkasnya.
Penulis: Hidayat Pulo | Editor: Redaksi













