MITRABERITA.NET | Aksi Kamisan Aceh, yang konsisten digelar setiap Kamis, hari ini menyuarakan penolakan tegas terhadap rencana pembangunan empat batalyon militer di provinsi bekas daerah konflik itu, Jumat 27 Juni 2025.
“Pembangunan empat batalyon di tanah Aceh bentuk pengingkaran terhadap semangat damai. Kami tidak butuh peluru dan seragam loreng, yang kami butuh ruang pendidikan yang layak, pelayanan kesehatan yang manusiawi, dan lapangan kerja bagi anak muda Aceh,” ujar salah satu peserta.
Para peserta aksi menilai kehadiran militer dalam jumlah besar bukan hanya tidak relevan dengan kebutuhan mendesak masyarakat Aceh, namun juga berpotensi menebar trauma lama yang belum benar-benar pulih.
“Ini bukan sekadar soal pembangunan fisik, tapi soal arah politik pembangunan. Apakah pemerintah masih berpikir pendekatan keamanan adalah solusi bagi Aceh?” tanya peserta lainnya.
Mereka menggelar aksi seraya membawa spanduk bertuliskan “AKSI KAMISAN ACEH“, dan berunjuk rasa di Taman Ratu Safiatuddin Banda Aceh.
Peserta aksi menyoroti bahwa rencana pembangunan lima batalyon baru di Aceh tidak memiliki dasar urgensi yang rasional di tengah kebutuhan rakyat akan akses pendidikan, layanan kesehatan, dan pengentasan kemiskinan.
Dalam pernyataan sikap yang dibacakan bersama, Aksi Kamisan Aceh menyampaikan tiga tuntutan utama. Pertama, meminta agar Pembangunan Batalyon baru di Aceh harus dibatalkan.
Kedua, mereka meminta agar pemerintah mengalihkan prioritas anggaran kepada sektor pendidikan dan kesehatan.
Dan yang ketiga, peserta aksi meminta agar pemerintah menjalankan program pengentasan kemiskinan yang adil dan menyentuh masyarakat pedalaman serta daerah pasca-konflik.
Bukan itu saja, mereka juga mengingatkan bahwa keberadaan militer secara masif akan mempersempit ruang sipil dan mencederai kepercayaan publik terhadap proses rekonsiliasi.
Aksi Kamisan ini telah menjelma sebagai ruang ingatan kolektif dan perlawanan moral warga Aceh terhadap arah pembangunan yang dinilai menyimpang dari semangat keadilan dan perdamaian.
Mereka menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat untuk tidak tinggal diam. Mereka mengaku akan terus melakukan aksinya hingga pemerintah membatalkan pembangunan batalyon baru di Aceh.
Editor: Redaksi