MITRABERITA.NET | Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Aceh, M Nasir, menegaskan pentingnya memperkuat kolaborasi antara dunia pendidikan dan dunia usaha guna menyiapkan generasi muda yang siap menghadapi tantangan zaman dan mendorong pertumbuhan ekonomi Aceh yang berkelanjutan.
Pernyataan itu disampaikan Nasir saat membuka Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) ke-15 Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Aceh yang digelar di Anjong Mon Mata, Banda Aceh, Ahad 1 Juni 2025.
Dalam sambutannya, M Nasir menyampaikan bahwa dunia pendidikan memiliki peran strategis dalam mencetak wirausahawan muda yang berdaya saing.
“Ini menjadi tantangan kita bersama, sebab pendidikan adalah fondasi utama bagi lahirnya wirausahawan muda yang berdaya saing,” kata Plt Sekda Aceh.
Ia mengungkapkan bahwa meskipun angka partisipasi pendidikan dasar dan menengah pertama di Aceh cukup tinggi, namun pada tingkat menengah atas masih mengalami penurunan signifikan.
Hal ini menurutnya berdampak langsung pada kesiapan tenaga kerja Aceh yang saat ini masih didominasi oleh lulusan SMA sederajat, dengan proporsi lulusan perguruan tinggi yang terserap ke dunia kerja masih tergolong rendah.
Plt Sekda menyebut bahwa berdasarkan data, tingkat partisipasi angkatan kerja pemuda di Aceh mencapai 61,84 persen, dan dari setiap 100 pemuda yang bekerja, 19 di antaranya merupakan wirausahawan—mayoritas berusaha sendiri.
Angka ini menunjukkan semangat kewirausahaan yang tinggi, namun perlu didorong ke arah yang lebih terstruktur dan berkelanjutan melalui penguatan pendidikan kewirausahaan sejak dini.
“Oleh karena itu, sinergi antara dunia pendidikan dan dunia usaha harus terus diperkuat, dan terus mendorong lebih banyak pemuda Aceh untuk tidak hanya mencari pekerjaan, tetapi menciptakan pekerjaan,” tegas M Nasir.
Ia menambahkan bahwa HIPMI sebagai organisasi pengusaha muda memiliki peran vital dalam membina kader wirausaha di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Dengan semakin terbukanya peluang sektor ekonomi seperti pertanian, pariwisata, ekonomi kreatif, hingga teknologi digital, generasi muda Aceh diharapkan mampu menjadi motor penggerak pembangunan.
Pemerintah Aceh sendiri, menurut Plt Sekda, terus mendorong ekosistem kewirausahaan melalui berbagai program pelatihan, bantuan peralatan, fasilitasi sertifikasi halal, hingga akses pembiayaan.
Di sisi lain, dunia pendidikan dituntut untuk lebih adaptif dalam mengarahkan kurikulum dan metode pembelajaran yang menumbuhkan inovasi dan jiwa usaha.
Dengan bonus demografi yang dimiliki Aceh, yakni 60 persen penduduknya berada dalam usia produktif pada 2025, sinergi lintas sektor antara pendidikan dan dunia usaha diyakini menjadi kunci bagi terwujudnya Aceh yang mandiri secara ekonomi dan berdaya saing tinggi di masa depan.
Editor: Redaksi