MITRABERITA.NET | Gelombang protes terhadap PT Medco E&P Malaka semakin meluas. Setelah sebelumnya warga Gampong (Desa) Bandar Baro melakukan aksi pengambilalihan sumur minyak JR-50 pada Sabtu 25 Oktober 2025, kini api kekecewaan merembet ke sejumlah gampong lingkar tambang lainnya di Kecamatan Indra Makmu dan Julok, Aceh Timur.
Warga dari Gampong Jambo Bale, Alue Ie Mirah, Jambo Lubok, Suka Makmu, hingga kawasan sekitar ROW Kecamatan Julok menyatakan akan ikut turun ke jalan menyuarakan ketidakadilan yang mereka rasakan terkait pembagian dana tali asih dari perusahaan migas tersebut.
Pemicunya adalah aksi “bagi-bagi uang tunai” senilai Rp1 juta per kepala keluarga yang dilakukan kepada ratusan warga di Desa Blang Nisam. Kebijakan itu dinilai tidak adil karena hanya menyentuh sebagian kecil masyarakat lingkar tambang, tanpa komunikasi dan transparansi yang memadai dari pihak Medco sebagai operator Blok A.
“Pembagian uang itu justru menimbulkan kecemburuan sosial dan friksi antar warga. Kami tidak menolak bantuan, tapi tolong perlakukan kami dengan adil,” ujar Mahyuddin, Koordinator Lapangan Aliansi Masyarakat Cinta Aceh Timur (AMC-AT), kepada MITRABERITA.NET, Sabtu 1 November 2025.
Mahyuddin menyebut, ratusan warga dari berbagai desa lingkar tambang akan menggelar aksi damai pada Selasa, 4 November 2025, di Simpang Cafe Apung ROW PT Medco, Kecamatan Indra Makmu. Rencana aksi itu telah disampaikan secara resmi ke Polres Aceh Timur pada Jumat 31 Oktober 2025.
Menurutnya, aksi tersebut merupakan puncak kekecewaan warga atas ketimpangan sosial dan ekonomi yang dirasakan selama bertahun-tahun sejak proyek migas beroperasi.
“Selama tujuh tahun terakhir, manfaat ekonomi dari industri migas ini hanya dinikmati oleh segelintir elit desa. Warga biasa justru makin tertinggal,” tegas Mahyuddin.
Ia menyoroti minimnya akses informasi lowongan kerja yang disebut “dikuasai kelompok tertentu”, tingginya angka pengangguran, serta ketimpangan pelaksanaan program CSR dan Comdev (Community Development) yang dianggap tidak tepat sasaran.
Aliansi Masyarakat Cinta Aceh Timur membawa empat tuntutan utama dalam aksi tersebut:
- Penyaluran dana tali asih sebesar Rp1 juta/KK untuk seluruh desa lingkar tambang, bukan hanya sebagian.
- Pelaksanaan program CSR dan PPM (Program Pemberdayaan Masyarakat) secara berkelanjutan dengan melibatkan unsur warga dan gender.
- Keterbukaan informasi lowongan kerja bagi masyarakat lokal.
- Penyediaan bus sekolah bagi anak-anak di wilayah terdampak industri migas.
Mahyuddin berharap pihak kepolisian dapat memberikan pengamanan agar aspirasi warga tersampaikan secara damai dan tertib.
“Kami tidak ingin ricuh, kami hanya ingin keadilan sosial bagi seluruh warga lingkar tambang,” ujarnya.
Sejumlah tokoh masyarakat menilai, akar persoalan ini terletak pada kurangnya komunikasi dan transparansi dari pihak perusahaan dalam menjalankan kewajiban sosialnya. Program CSR yang seharusnya menjadi jembatan kesejahteraan justru menimbulkan ketimpangan baru.
“Jika komunikasi dengan masyarakat terputus, yang muncul bukan kepercayaan, melainkan kecurigaan dan kemarahan,” ungkap salah satu tokoh Gampong Jambo Bale yang enggan disebutkan namanya.
Warga berharap PT Medco E&P Malaka dapat membuka ruang dialog terbuka agar konflik horizontal di eks wilayah konflik Aceh tersebut tidak semakin melebar di tengah masyarakat.
Penulis: Samsul Bahri | Editor: Redaksi










