MITRABERITA.NET | Dari sebuah ide radikal dalam makalah akademik di forum dunia maya, kini Bitcoin menjelma menjadi salah satu Aset Paling Diburu di dunia.
Mata uang digital ini tidak hanya mengubah cara pandang dunia terhadap sistem keuangan, tetapi juga menciptakan revolusi dalam investasi global.
Bitcoin pertama kali diperkenalkan pada 31 Oktober 2008 oleh sosok misterius bernama Satoshi Nakamoto melalui whitepaper berjudul Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System.
Makalah ini memaparkan sistem uang elektronik terdesentralisasi, tanpa perantara lembaga keuangan, dengan teknologi baru bernama blockchain.
“Kami mengusulkan sistem pembayaran elektronik berdasarkan bukti kriptografi, bukan kepercayaan,” tulis Satoshi dalam whitepaper-nya.
Bitcoin Nyaris Tak Bernilai
Pada 3 Januari 2009, blok pertama Bitcoin –dikenal sebagai Genesis Block– ditambang. Saat itu, Bitcoin nyaris tak memiliki nilai. Bahkan, transaksi legendaris pertama terjadi pada 22 Mei 2010.
Saat itu, programmer asal Florida, Laszlo Hanyecz, membeli dua pizza seharga 10.000 BTC –yang kini nilainya bisa melebihi Rp10 triliun. Hari itu kini diperingati komunitas kripto sebagai Bitcoin Pizza Day.
Bitcoin awalnya hanya digunakan oleh para penggemar teknologi dan kriptografi. Namun dalam waktu singkat, nilai dan popularitasnya melejit, terutama setelah dianggap sebagai “emas digital” oleh para investor yang mencari alternatif dari sistem keuangan konvensional.
Berubah Menjadi Aset Arus Utama
Selama lebih dari satu dekade, Harga Bitcoin mengalami fluktuasi ekstrem. Dari hanya beberapa sen di awal 2010-an, harga Bitcoin melonjak mencapai US$1.000 pada 2013.
Seperti dikutip MITRABERITA.NET, kemudian terus naik hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) pada November 2021 sebesar hampir US$69.000 per BTC.
Lonjakan tersebut tidak lepas dari meningkatnya adopsi institusional, seperti:
- Tesla yang membeli Bitcoin senilai US$1,5 miliar pada awal 2021,
- Platform pembayaran seperti PayPal dan Square yang mendukung transaksi Bitcoin,
- Munculnya ETF Bitcoin spot yang disetujui di AS pada awal 2024, menjadi tonggak penting legalisasi aset kripto di pasar keuangan tradisional.
“Bitcoin adalah perlindungan terhadap inflasi dan instrumen lindung nilai terhadap kebijakan moneter longgar,” kata Michael Saylor, CEO MicroStrategy, salah satu perusahaan publik pertama yang menambahkan Bitcoin dalam neraca keuangan mereka.
Diincar sebagai Aset Masa Depan
Bitcoin kini dipandang tidak hanya sebagai alat pembayaran, tetapi juga sebagai store of value, mirip seperti emas, di tengah ketidakpastian ekonomi global. Banyak investor menjadikannya sebagai bagian dari diversifikasi portofolio.
Keterbatasan suplai Bitcoin maksimal hanya 21 juta koin yang dapat ditambang, menjadikannya berubah menjadi aset langka.
Di sisi lain, makin banyak negara yang mencoba menerbitkan mata uang digital bank sentral (CBDC), namun justru mendorong popularitas Bitcoin sebagai alternatif dari mata uang fiat yang terus tergerus inflasi.
Regulasi dan Tantangan
Meski demikian, perjalanan Bitcoin tidak lepas dari kontroversi dan hambatan regulasi. Beberapa negara seperti El Salvador telah mengadopsinya sebagai alat pembayaran sah, namun negara lain seperti China justru melarang semua aktivitas perdagangan kripto.
Indonesia sendiri melalui Bappebti mengakui aset kripto sebagai komoditas, bukan alat pembayaran. Namun minat masyarakat Indonesia terhadap Bitcoin terus meningkat, terutama di kalangan milenial dan Gen Z.
Sebagai catatan, perjalanan Bitcoin dari sistem pembayaran digital alternatif menjadi aset paling diburu adalah cerminan perubahan zaman. Jika sebelumnya tidak percaya terhadap sistem keuangan tradisional, kini muncul ekonomi terdesentralisasi.
Meski masih menghadapi tantangan regulasi, Bitcoin telah menempuh jalur panjang untuk mengukuhkan diri sebagai simbol kebebasan finansial di era digital.
“Bitcoin bukan hanya teknologi, tetapi juga gerakan,” ujar investor legendaris Tim Draper, yang memprediksi harga Bitcoin bisa mencapai US$250.000 dalam beberapa tahun ke depan.
Editor: Tim Redaksi