MITRABERITA.NET | Saat sorotan global masih tertuju pada konflik bersenjata yang melibatkan Rusia dengan Ukraina, negeri Beruang Merah kembali diuji dengan bencana alam.
Seperti dilaporkan sejumlah media internasional, bencana alam berupa gempa dahsyat mengguncang bagian timur negara tersebut berkekuatan M8,7ndi kawasan Severo-Kurilsk, pada Selasa malam waktu setempat 30 Juli 2025.
Tak lama berselang, gelombang tsunami yang diperkirakan setinggi 3 hingga 4 meter dilaporkan menerjang kawasan pesisir Semenanjung Kamchatka dan Teluk Avacha.
Kondisi ini memicu kepanikan massal dan proses evakuasi besar-besaran. Gubernur Kamchatka, Vladimir Solodov, dalam pernyataan resminya mengimbau warga agar tidak mendekati garis pantai hingga situasi benar-benar dinyatakan aman.
“Peringatan tsunami telah diumumkan, kekuatan gelombang sedang diklarifikasi, saya mengimbau semua orang untuk tidak mendekati garis pantai di daerah rawan tsunami,” ujar Solodov.
Dalam waktu yang hampir bersamaan, Gubernur Sakhalin, Valery Limarenko, memastikan bahwa seluruh warga Severo-Kurilsk telah berhasil dievakuasi ke tempat yang lebih aman sebelum gelombang pertama menghantam.
Bencana ini menjadi pukulan berat di tengah tekanan geopolitik yang terus meningkat. Belum usai menghadapi tekanan dari panggung internasional, kini Rusia harus berjibaku dengan ujian alam yang tak kalah menakutkan.
Dampak dari gempa tidak hanya dirasakan di Rusia. Pusat Peringatan Tsunami AS langsung mengeluarkan peringatan untuk wilayah Alaska, Hawaii, hingga Pantai Barat Amerika Serikat.
Sementara itu, Badan Meteorologi Jepang menyebut tsunami setinggi 1–3 meter berpotensi menghantam wilayah Hokkaido dan Kyushu.
Para ahli memperingatkan kemungkinan gempa susulan dan gelombang tambahan, menandai bahwa ancaman belum sepenuhnya berakhir.
Meski tidak ada laporan korban jiwa sejauh ini, sejumlah infrastruktur termasuk bangunan taman kanak-kanak dilaporkan rusak akibat guncangan.
Editor: Tim Redaksi