MITRABERITA.NET | Sejumlah remaja putri di SOS Children’s Village, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar mengikuti pelatihan pembuatan pembalut ramah lingkungan, pada Ahad 7 September 2025.
Kegiatan tersebut menjadi bagian dari rangkaian The Hive of Inong Seulanga yang digagas mahasiswa penerima beasiswa U-Go Aceh bersama Ikatan Mahasiswa Berprestasi (IKANMAS) Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Sebanyak 25 peserta, terdiri atas remaja putri dan ibu asuh SOS Village, terlibat dalam kegiatan tersebut. Mereka didampingi 17 volunteer dari berbagai universitas di Aceh.
Selain praktik membuat pembalut kain, peserta juga mendapatkan materi tentang kesehatan reproduksi, pengelolaan keuangan, serta ruang diskusi seputar stigma menstruasi.
Kegiatan diawali dengan sambutan Ketua Panitia, Alanis, perwakilan SOS Children’s Village, serta Direktur IKANMAS FK USK, dr. Imam Maulana.
“Kami ingin perempuan muda di Aceh lebih percaya diri, memahami kesehatan reproduksi, sekaligus memiliki keterampilan praktis. Harapannya ilmu ini bisa dibagikan kembali di lingkungan sekitar,” ujar Alanis.
Edukasi kesehatan reproduksi
Materi kesehatan reproduksi disampaikan Salwa Keisha, Awardee U-Go sekaligus perwakilan IKANMAS FK USK. Ia menjelaskan pentingnya memahami siklus menstruasi, menjaga kebersihan organ intim, hingga meluruskan berbagai mitos.
“Normalnya haid berlangsung 3–7 hari dengan siklus 28 hari. Pembalut sebaiknya diganti tiap 4–6 jam untuk mencegah infeksi,” paparnya.
Dalam keterangan tertulis kepada media ini, Selasa 9 September 2025, Salwa juga menegaskan bahwa larangan berolahraga atau mencuci rambut saat haid tidak memiliki dasar medis.
Ia kemudian memberikan tips praktis menjaga kesehatan reproduksi, antara lain dengan rutin membersihkan area intim menggunakan air bersih, memakai pakaian dalam berbahan katun yang mudah menyerap keringat, serta menghindari penggunaan sabun atau cairan pembersih yang mengandung bahan kimia keras.
Peserta juga diajak untuk mencatat siklus menstruasi mereka, baik secara manual di kalender maupun menggunakan aplikasi ponsel, agar lebih mudah mengenali tanda-tanda normal maupun gangguan kesehatan yang perlu diwaspadai.
Literasi keuangan remaja
Sementara itu, Nabila Al Karimah menyampaikan materi pengelolaan keuangan sederhana. Ia berbagi tips mengatur uang saku, menabung, hingga membuat strategi keuangan praktis untuk remaja.
Dengan menerapkan metode sederhana seperti aturan “50-30-20”: 50 persen uang saku untuk kebutuhan harian, 30 persen untuk hiburan atau keperluan pribadi, dan 20 persen untuk ditabung.
Ia juga menyarankan remaja mencatat pemasukan dan pengeluaran secara rutin, sehingga mereka dapat mengetahui dengan jelas ke mana saja uang mereka digunakan.
Strategi lain yang dibagikan adalah menetapkan tujuan menabung jangka pendek dan jangka panjang. Contohnya, menabung Rp2.000 hingga Rp5.000 per hari dalam celengan atau rekening tabungan digital untuk keperluan mendesak.
Kemudian, membeli perlengkapan sekolah, hingga merencanakan hal yang lebih besar di masa depan. Dengan cara ini, remaja dapat belajar disiplin sekaligus memahami nilai perencanaan keuangan sejak dini.
Diskusi kemudian dilanjutkan melalui Focus Group Discussion (FGD) mengenai stigma menstruasi yang masih kuat di masyarakat.
Workshop pembalut ramah lingkungan
Puncak acara berupa workshop pembuatan pembalut ramah lingkungan dipandu Rama Afita Dilla bersama tim. Peserta belajar memotong pola, menjahit, hingga merawat pembalut kain setelah digunakan.
Suasana tersebut berlangsung interaktif selama dua jam penuh. Pihak SOS Children’s Village Aceh juga gembira dan mengapresiasi kegiatan ini.
“Kami sangat menghargai mahasiswa yang hadir membawa edukasi penting bagi anak-anak di sini. Kegiatan seperti ini membuat remaja lebih siap menghadapi masa depan,” kata Rinaldi, Pimpinan SOS Children’s Village Banda Aceh.
Direktur IKANMAS FK USK, dr. Imam Maulana, menambahkan bahwa kolaborasi mahasiswa dalam pengabdian masyarakat sangat penting.
“Ini bukti nyata bahwa mahasiswa berprestasi tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga berkontribusi langsung pada masyarakat. Kami berharap program ini berlanjut dan menjangkau lebih banyak remaja di Aceh,” ujarnya.
Acara ditutup dengan sesi penghargaan dan dokumentasi bersama. The Hive of Inong Seulanga diharapkan menjadi langkah awal memperkuat literasi kesehatan reproduksi sekaligus menghadirkan solusi ramah lingkungan bagi remaja perempuan di Aceh.
Editor: Tim Redaksi