Hukum  

Rekonstruksi Pembunuhan Santri di Pidie Jaya, Keluarga Korban Sampaikan Keberatan

Proses rekonstruksi pembunuhan santri di Kabupaten Pidie Jaya. Foto: Humas Polri

MITRABERITA.NET | Orang tua santri korban pembunuhan di Kabupaten Pidie Jaya, Faisal, menyampaikan ketidakpuasan terhadap penyelesaian kasus pembunuh anaknya khususnya dalam hal proses rekonstruksi oleh polisi.

Menurut Faisal, proses rekonstruksi kasus pembunuhan terhadap korban tersebut adanya kejanggalan. Ia juga mengaku tidak diundang pada saat petugas kepolisian melakukan proses rekonstruksi.

Padahal kata dia, sebagai orang tua, ia mengaku ingin melihat secara langsung bagaimana proses rekonstruksi kasus pembunuhan anaknya Anis Maula (16) oleh tersangka NZ (17).

“Kami merasa ada kejanggalan, kenapa tidak diberikan kesempatan untuk melihat secara langsung proses bagaimana ketika anak kami dibunuh oleh pelaku,” ungkapnya kepada MITRABERITA.NET,

Sementara pada saat kepolisian meminta untuk melakukan otopsi terhadap jenazah anaknya, ia bersama keluarga tidak keberatan langsung memberikan izin supaya kepolisian dan keluarga korban bisa mengetahui penyebab dan proses pembunuhan terhadap anaknya.

“Kalau memang polisi beranggapan kami sebagai orang tua tidak perlu datang ke lokasi untuk menyaksikan reka ulang proses pembunuhan anak kami, lantas kenapa kami mengizinkan anak kami diotopsi,” tanya dia protes.

“Hasil reka ulang yang membuat saya sangat kecewa, seharusnya saya sebagai ayah korban diberitahu. Tapi tidak diberitahukan kepada kami, malah kami mengetahui dari orang lain,” tegasnya.

Alasan protes proses reka ulang

Melalui panggilan telpon, Faisal mengungkap beberapa alasan mengapa ia keberatan dengan proses reka ulang;

Pertama karena ia merasa reka ulang tersebut janggal, yang mana tersangka dalam reka ulang itu terlihat seperti membunuh korban hanya karena tersangka membela diri.

“Terlihat disitu (dalam video proses reka ulang), anak saya sebagai korban yang menyerang duluan, kami tidak bisa terima karena terkesan seperti pelaku ingin membela diri,” ujarnya.

Ia menjelaskan, harusnya proses reka ulang itu dilakukan dengan lengkap oleh kepolisian sejak awal bertemu, siapa yang menghubungi duluan, di mana pertemuan pertama, hingga proses pada saat korban dibunuh.

Ia juga mengaku janggal, bagaimana anaknya yang badannya juga tidak kecil, kesannya bisa terbunuh begitu saja. “Logikanya, kalau kita sudah tersudut kalah, pasti kita akan melarikan diri. Tapi saya merasa korban ini tidak bisa melarikan diri, seperti ada orang lain bersama tersangka yang memegang anak saya agar tidak bisa lari,” jelasnya.

Firasat Faisal diperkuat dengan adanya penggilan dari tersangka pada hari Rabu, yang mana tersangka meminta keluarga korban segera melunasi utang anaknya Rp 300 ribu.

“Jadi saat itu, pelaku ini mengatakan, sempat ketemu anak saya sebelum ia pergi ke Takengon. Disitu dia memperkuat alibinya dengan meminta tanggapan dari temannya, berarti dugaan kami di situ ada keterlibatan orang lain,” menurut kami polisi harus mengusut ini.

“Kami yakin ini pembunuhan berencana yang tidak dilakukan sendirian oleh pelaku, tapi ada orang lain yang terlibat. Jadi kami minta polisi melakukan reka ulang, kami ingin hadir langsung agar melihat secara langsung proses pembunuhan anak kami. Kalau pun nanti ada yang janggal, kami harap polisi bisa mengusut tuntas agar kami mendapat keadilan,” pungkasnya.

Sementara itu, Kasatreskrim Polres Pidie Jaya yang dihubungi MITRABERITA.NET terkait dengan protes dari keluarga korban, hingga berita ini tayang belum memberikan tanggapan.

Panggilan via seluler tidak dijawab, sementara pesan yang dikirim via aplikasi WhatsApp juga belum mendapat tanggapan.

Penulis: Hidayat | Editor: Redaksi