MITRABERITA.NET | Ratusan hektare lahan persawahan tadah hujan di Kecamatan Nurussalam, Kabupaten Aceh Timur, terancam gagal panen akibat musim kemarau yang berkepanjangan.
Fenomena ini mengancam mata pencaharian para petani di sejumlah gampong, termasuk Matang Panyang, Matang Leumak, Pulo U, Tuepin, dan beberapa gampong lainnya.
Kondisi lahan yang mulai menguning dan retak-retak terlihat jelas saat Ketua Satgassus Ketahanan Pangan Aceh Timur, Najamuddin, bersama timnya melakukan peninjauan langsung ke Gampong Matang Panyang pada Jumat 4 Juli 2025.
Dalam kunjungan tersebut, Najamuddin menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi pertanian yang terdampak serius oleh kekeringan.
“Kami sangat mengharapkan kepedulian dari pemerintah daerah dan provinsi, baik dalam bentuk bantuan darurat maupun solusi jangka panjang seperti irigasi dan sumber air alternatif,” ujar Najamuddin.
Kondisi makin memprihatinkan ketika Abu Rayeok (Ilyas), Tuha Peut Gampong Matang Panyang, menyebutkan bahwa luas lahan yang terdampak kekeringan telah mencapai sekitar 500 hektare.
“Hampir sebagian besar petani di Kecamatan Nurussalam terancam mengalami gagal panen. Setiap tahun kami hadapi hal yang sama karena sawah di sini sepenuhnya bergantung pada air hujan,” ungkapnya.
Tanaman padi yang seharusnya mulai memasuki fase pematangan justru terlihat menguning bukan karena mendekati panen, melainkan karena hangus tersengat cuaca panas.
“Padi yang mulai menguning itu bukan karena tiba masa panen, tapi karena kekeringan yang parah,” jelas Abu Rayeok.
Lebih menyedihkan lagi, mayoritas petani yang terdampak merupakan penggarap lahan milik orang lain. Dengan ketiadaan air selama musim tanam, mereka dipastikan menelan kerugian besar.
“Ketiadaan air membuat banyak petani rugi. Mereka menggantungkan hidup dari hasil sewa lahan, bukan milik sendiri,” ujarnya lagi.
Pihak Satgassus Ketahanan Pangan berharap Pemerintah Kabupaten Aceh Timur bersama Pemerintah Aceh dapat segera turun tangan mencari solusi.
Salah satu yang disarankan adalah pencarian sumber mata air permanen yang bisa dialirkan ke kawasan pertanian tersebut guna mencegah ancaman kekeringan setiap musim tanam tiba.
“Ketersediaan air sangat penting untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani. Tanpa itu, ketahanan pangan kita ikut terancam,” tutup Najamuddin.
Musim tanam yang seharusnya menjadi harapan justru berubah menjadi kekhawatiran besar bagi ratusan petani di Aceh Timur. Kini, mereka menanti kebijakan pemerintah sebelum harapan panen benar-benar sirna.
Penulis: Samsul Bahri | Editor: Redaksi