MITRABERITA.NET | Dari Gedung Putih, Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan pernyataan serius yang membuat panggung politik AS memanas.
Dalam pernyataan mengejutkan yang disampaikan Selasa 22 Juli 2025, Trump secara terbuka memerintahkan penangkapan terhadap mantan Presiden Barack Obama, yang dituduhnya memimpin kudeta terhadap pemerintahan saat ini.
Didampingi Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr dalam konferensi pers bersama, Trump tiba-tiba mengalihkan pembicaraan dari kasus seks Jeffrey Epstein dan Ghislaine Maxwell menuju tuduhan serius terhadap elite Partai Demokrat.
Dengan nada tinggi dan penuh keyakinan, Trump menuding bahwa Barack Obama, bersama sejumlah tokoh lain, telah melakukan pelanggaran berat terhadap konstitusi AS.
“Perburuan penyihir yang seharusnya Anda bicarakan adalah mereka menangkap Presiden Obama,” kata Trump tegas, dikutip dari Anadolu Agency, Rabu 23 Juli 2025.
Seperti dilansir iNews.id, Trump menuding Obama sebagai otak di balik upaya kudeta terhadap dirinya, bahkan sejak ia pertama kali menjabat sebagai presiden pada 2016.
Tidak hanya itu, ia juga mengklaim memiliki dokumen resmi sebagai dasar hukum atas perintah penangkapan tersebut.
“Obama akan langsung ditangkap. Perintahnya ada di atas kertas. Dokumennya sudah ditandatangani,” ujar Trump tanpa ragu.
Menurut Trump, tindakan Obama bukan sekadar persaingan politik biasa, melainkan bentuk makar terorganisir yang melibatkan mantan pejabat tinggi, termasuk Hillary Clinton dan Joe Biden.
Trump menuduh mereka terlibat dalam “operasi kriminal besar” yang bertujuan menggagalkan kemenangan politik sayap konservatif melalui manipulasi Pilpres 2016 dan 2020.
“Apa yang mereka lakukan pada 2016 dan 2020 merupakan tindakan kriminal tingkat tinggi,” lanjut Trump.
Sejak kekalahannya dalam Pilpres 2020, Trump memang kerap melemparkan tuduhan manipulasi pemilu tanpa bukti kuat. Namun kali ini, eskalasi retorikanya mencapai puncak baru dengan mengarahkan tuntutan langsung kepada seorang mantan presiden yang masih disegani di dalam dan luar negeri.
Para pengamat politik menyebut langkah Trump ini sebagai bagian dari strategi menjelang pemilu 2028, dengan menghidupkan kembali isu-isu konspirasi untuk menguatkan basis pendukung loyalisnya.
Sementara pihak Partai Demokrat mengecam keras pernyataan tersebut, menyebutnya sebagai “upaya brutal untuk mengalihkan perhatian dari persoalan hukum dan politik yang membelit Trump sendiri”.
Hingga saat ini, tidak ada tanggapan resmi dari Barack Obama atas tuduhan tersebut. Namun sejumlah mantan staf Gedung Putih era Obama menyebut tuduhan itu sebagai “menggelikan dan berbahaya”.
Belum diketahui apakah lembaga penegak hukum akan merespons perintah Trump tersebut. Namun, langkah ini berpotensi menimbulkan krisis konstitusional serius, jika benar-benar dilakukan tanpa melalui proses hukum yang sah.
Editor: Tim Redaksi