MITRABERITA.NET | Plt Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, Drs. Alhudri menerima kunjungan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Aceh, Safrina Salim, di Ruang Rapat Sekda Aceh, Senin 3 Maret 2025.
Pertemuan ini turut dihadiri Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda Aceh, Akkar Arafat, serta Kepala Biro Keistimewaan Aceh dan Kesejahteraan Rakyat Setda Aceh, Yusrizal.
Dalam pertemuan tersebut, Alhudri menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat dalam upaya menanggulangi kemiskinan dan stunting di Aceh.
Ia menegaskan bahwa kerja sama yang solid diperlukan agar keluarga miskin ekstrem dapat keluar dari kondisi tersebut dan masyarakat miskin bisa meningkatkan taraf hidupnya.
“Harus ada kerja sama yang solid. Kami berharap agar keluarga miskin ekstrem dapat naik statusnya, dan yang miskin bisa keluar dari status miskin,” ujar Alhudri.
Ia juga menyoroti pentingnya pemahaman yang benar kepada orang tua terkait penanganan stunting. Menurutnya, bantuan yang diberikan pemerintah harus benar-benar dimanfaatkan untuk anak-anak, bukan hanya kepada orang tua.
“Bantuan itu untuk anak, bukan untuk orang tua yang mengonsumsinya,” tegasnya.
Alhudri menyoroti persoalan anggaran dalam penanganan stunting yang dinilainya masih lebih banyak digunakan untuk operasional dibandingkan dengan bantuan langsung kepada masyarakat.
Ia meminta agar pengelolaan anggaran lebih efektif dan berbasis pada data yang akurat sehingga program bantuan bisa tepat sasaran.
Menurutnya, peran aparat tingkat kecamatan, seperti Babinsa dan Bhabinkamtibmas, sangat penting dalam memastikan data yang valid terkait kondisi masyarakat.
“BKKBN dan Pemda harus memiliki data yang sama agar tidak ada lagi klaim miskin yang tidak benar,” ujar Alhudri.
Plt Sekda Aceh itu juga membagikan pengalamannya saat menjabat sebagai Penjabat Bupati Gayo Lues, di mana ia berhasil menurunkan angka kemiskinan ekstrem dari 4.077 menjadi hanya 63 orang serta menurunkan angka stunting sebesar 19,2 persen.
“Perbaiki infrastruktur, ekonomi naik, dan stunting turun. Itulah yang kami buktikan di Gayo Lues,” tambahnya.
Stunting dan Pemberdayaan Lansia
Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Safrina Salim, memaparkan bahwa hingga kini stunting masih menjadi masalah besar di Aceh, dengan sekitar 38.004 keluarga berisiko stunting.
Ia menjelaskan bahwa stunting tidak hanya disebabkan oleh kurangnya asupan gizi, tetapi juga oleh akses terbatas terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang layak.
Untuk menangani masalah ini secara komprehensif, Safrina menekankan pentingnya peran lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) dan Posyandu dalam memberikan edukasi serta layanan kesehatan bagi anak-anak dan ibu hamil.
Selain itu, Safrina juga menyinggung pentingnya pemberdayaan lansia dalam rangka persiapan Indonesia menuju golden age pada tahun 2045.
Ia menekankan bahwa lansia yang mandiri secara ekonomi dan sosial dapat mengurangi ketergantungan pada generasi produktif serta memperkuat struktur sosial di masyarakat.
“Dengan kemampuan yang dimiliki, lansia bisa tetap aktif dan produktif dalam berbagai sektor, baik ekonomi, sosial, maupun budaya,” ujarnya.
Menutup pertemuan, Alhudri mengapresiasi upaya BKKBN dan pihak terkait dalam menangani stunting dan kemiskinan di Aceh.
Ia optimis bahwa dengan kerja sama yang kuat, permasalahan ini dapat diatasi secara efektif dan memberikan dampak jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat Aceh.
“Kolaborasi adalah kunci. Dengan sinergi yang solid, kita bisa menciptakan perubahan nyata bagi masyarakat Aceh,” pungkasnya.