EDUKASI

Plt Kadisdik Aceh: Guru Harus Jadi Otoritas Moral dan Pusat Keilmuan di Era Media Sosial

×

Plt Kadisdik Aceh: Guru Harus Jadi Otoritas Moral dan Pusat Keilmuan di Era Media Sosial

Sebarkan artikel ini
Plt Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Murthalamuddin, S.Pd., M.Pd. Foto: Humas Disdik Aceh

MITRABERITA.NET | Plt Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Murthalamuddin, S.Pd., M.Pd, menegaskan bahwa guru Aceh harus tampil sebagai otoritas moral dan pusat keilmuan di tengah derasnya arus informasi digital.

Pesan tersebut ia sampaikan saat menutup Lomba Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi Aceh 2025, Jumat (21/11/2025), usai rangkaian penilaian yang dilakukan secara virtual melalui Zoom Meeting.

Pada penutupan tersebut, Panitia mengumumkan para pemenang untuk tiga kategori utama: Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, dan Guru Berprestasi. Penyerahan hadiah rencananya dilakukan pada Upacara Hari Guru Nasional dan HUT ke-80 PGRI, di Banda Aceh pada 25 November 2025.

Dalam arahannya, Murthalamuddin menyoroti tantangan baru pendidikan: pergeseran sumber kepercayaan siswa yang kini lebih banyak merujuk pada konten media sosial dibandingkan guru.

“Hari ini, anak-anak lebih percaya pada konten media sosial. Karena itu, guru harus hadir dengan praktik baik yang nyata, yang mampu bersaing dengan narasi digital,” tegasnya.

Menurutnya, perubahan perilaku siswa terjadi begitu cepat sehingga guru tak bisa hanya mengandalkan kemampuan administratif maupun prestasi akademik semata.

“Nilai-nilai baru lahir dari apa yang mereka tonton, bukan hanya dari apa yang guru ajarkan. Di sinilah guru harus kembali menjadi otoritas keilmuan,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa keteladanan kini menjadi kunci. “Kebenaran hari ini ditentukan oleh siapa yang paling banyak menyuarakan, bukan siapa yang paling benar. Maka guru tidak boleh kalah narasinya.”

Plt Kadisdik Aceh juga mengungkapkan bahwa pola penilaian guru berprestasi akan mengalami perubahan pada tahun-tahun mendatang.

“Prestasi bukan sekadar gelar. Pertanyaannya: apakah seorang guru mampu memberi teladan, menggerakkan rekan-rekannya, dan melahirkan praktik baik yang bisa ditiru?” katanya.

Ia mencontohkan bahwa banyak individu berprestasi secara akademik belum tentu berhasil menjadi pemimpin atau agen perubahan.

“Kemampuan intelektual tanpa kemampuan sosial membuat seseorang sulit menjadi penggerak,” tambahnya.

Dalam pidatonya, Murthalamuddin menyampaikan keprihatinan terhadap kondisi pendidikan Aceh.

“Pendidikan Aceh sedang tidur nyenyak. Kita harus bangun bersama. Banda Aceh yang sudah maju harus memberi dampak bagi daerah lain,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa Lomba Guru Berprestasi bukan hanya seremoni tahunan, melainkan momentum untuk memperbaiki karakter dan kualitas guru Aceh.

“Guru berprestasi harus menjadi penggerak. Kita bukan mencari siapa yang paling hebat, tetapi siapa yang paling berdampak bagi peserta didiknya,” katanya.

Menutup sambutan, ia menyerukan agar seluruh pendidik berani melakukan introspeksi, memperbaiki sistem, serta membuka diri terhadap kritik.

“Jadilah cahaya bagi pendidikan Aceh. Masa depan anak-anak kita dipertaruhkan,” pungkasnya.

Editor: Redaksi

Media Online