MITRABERITA.NET | Rumah Makan Khas Aceh dan Kopi Blang, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, menjadi saksi sebuah perayaan penuh makna pada Sabtu 16 Agustus 2025.
Ratusan masyarakat, seniman, tokoh lintas generasi, hingga mantan kombatan berkumpul dalam acara “Pentas Damai Aceh, Damai Dunia” yang digagas oleh seniman Rafli Kande.
Mengusung tema “Yuk Menakar Damai Aceh”, pentas ini tak sekadar menampilkan musik dan budaya, melainkan juga menjadi ruang refleksi atas perjalanan 20 tahun perdamaian pasca-penandatanganan MoU Helsinki.
Acara dibuka dengan penampilan panggung khas Aceh, dilanjutkan lantunan syair damai Rafli Kande yang menghidupkan ingatan kolektif masyarakat lewat lagu-lagu sarat filosofi, seperti Ranub, Bermain Api, Krueng Daroy, Rahman Rahim, Aneuk Yatim, hingga Seulanga. Penampilan Rafli berkolaborasi dengan Kimy dalam lagu Jak Beut, sebelum menutup malam dengan karya reflektif Sepasang Lembu Tua.
Di sela-sela musik, digelar pula diskusi santai bertajuk Menakar Damai, Moralitas dalam Komitmen Perdamaian, Mengisi Perdamaian, hingga Kesimpulan Damai.
Dialog ini menghidupkan kembali kesadaran kolektif tentang pentingnya merawat perdamaian yang diperoleh dengan pengorbanan besar.
Bupati Aceh Besar, H. Muharram Idris atau akrab disapa Syeh Muharram, hadir langsung dan menyampaikan rasa syukur mendalam atas usia dua dekade perdamaian Aceh.
“Alhamdulillah, tidak disangka perdamaian Aceh sudah mencapai 20 tahun. Ini belum pernah terjadi di dunia, hanya Aceh yang mampu menjaga perdamaian selama dua dekade,” ujarnya dengan penuh haru.
Syeh Muharram juga mengenang peran dirinya semasa konflik sebagai Panglima GAM. Ia menegaskan bahwa tsunami 2004 bukan sekadar bencana, melainkan jalan menuju perdamaian.
“Allah SWT menukar 200 ribu jiwa dengan sebuah berkah yang besar, yaitu damai. Karena tsunami, perang Aceh dengan RI berhenti, lalu lahirlah kesepakatan damai. Maka jangan pernah sia-siakan nikmat ini,” tegasnya.
Pentas Damai di Kopi Blang membuktikan bahwa seni dan budaya bisa menjadi perekat perdamaian.
Melalui musik Rafli Kande dan refleksi para tokoh, masyarakat diingatkan bahwa damai bukan hadiah instan, melainkan hasil perjuangan dan pengorbanan yang harus dijaga bersama.
Acara ditutup dengan tepuk tangan meriah, doa, dan harapan agar Aceh terus melangkah maju dalam bingkai kedamaian yang abadi.
Editor: Redaksi