MITRABERITA.NET | Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru jumlah angka kemiskinan Indonesia per Maret 2025. Hasilnya mencatat jumlah penduduk miskin mencapai 23,85 juta jiwa atau 8,29% dari total populasi nasional.
Meskipun angka tersebut masih tinggi, BPS justru menyebut capaian ini sebagai angka kemiskinan terendah dalam dua dekade terakhir.
“Angka kemiskinan tahun 2025 merupakan yang terendah selama 20 tahun terakhir,” ungkap Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono, dalam konferensi pers yang digelar pada Jumat 25 Juli 2025.
Namun di balik capaian tersebut, terdapat dinamika menarik antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Menurut BPS, kemiskinan di perkotaan justru mengalami sedikit kenaikan, dari 6,66% pada September 2024 menjadi 6,73% per Maret 2025.
Salah satu penyebab utama adalah meningkatnya jumlah setengah pengangguran di kota, yang naik 0,46 juta jiwa pada Februari 2025 dibandingkan Agustus 2024.
Selain itu, lonjakan harga sejumlah kebutuhan pokok juga turut memperburuk kondisi masyarakat miskin di perkotaan.
“Kenaikan harga cabai rawit, minyak goreng, dan bawang putih sangat berdampak pada daya beli rumah tangga miskin di kota, karena mereka umumnya tidak memproduksi sendiri bahan pokok,” jelas Ateng.
Sementara itu, kabar baik datang dari wilayah perdesaan. Angka kemiskinan di desa turun menjadi 11,03%, dibandingkan September 2024 yang sebesar 11,34%.
Penurunan ini didorong oleh meningkatnya Nilai Tukar Petani (NTP) yang memberi pengaruh positif terhadap kesejahteraan petani dan rumah tangga miskin desa.
Seperti dilansir CNBC Indonesia, berdasarkan data terbaru BPS juga menyoroti kesenjangan struktural antara masyarakat perkotaan dan pedesaan dalam merespons tekanan ekonomi.
Ketergantungan warga kota pada pasar dan kurangnya ketahanan pangan mandiri membuat mereka lebih rentan terhadap gejolak harga, berbeda dengan desa yang lebih produktif dalam pangan.
“Kondisi ini menunjukkan bahwa kebijakan pengentasan kemiskinan perlu dirancang lebih adaptif, mempertimbangkan karakteristik lokal masing-masing wilayah,” tambah Ateng.
Penurunan angka kemiskinan secara nasional patut diapresiasi, namun pemerintah tetap dihadapkan pada tantangan kompleks.
Tidak hanya soal pengangguran dan daya beli, tapi juga pemetaan rumah tangga rentan miskin dan keberlanjutan program perlindungan sosial.
Dengan angka kemiskinan terendah dalam dua dekade, Indonesia telah berada di jalur yang relatif positif. Namun, tantangan kemiskinan perkotaan dan ketimpangan spasial tetap menjadi pekerjaan rumah utama.
Editor: Redaksi