MITRABERITA.NET | Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Murthalamuddin, S.Pd., MSP, secara resmi membuka kegiatan INCRAV of Arts 4 (Innovative, Creative and Valuable Arts) di SMAN 11 Banda Aceh, Kamis 20 November 2025.
Ajang seni tahunan tersebut menjadi wadah kompetisi bagi para pelajar sekaligus memperebutkan piala bergilir Kepala Dinas Pendidikan Aceh.
Dalam sambutan pembukaannya, Murthalamuddin menegaskan bahwa kreativitas dan inovasi adalah kunci kemajuan pendidikan Aceh, serta menjadi modal utama generasi muda menghadapi perubahan zaman.
“Kalau sebuah negeri belum makmur, berarti sistem pendidikannya belum berhasil,” tegasnya, mengajak sekolah menjadikan ruang pendidikan sebagai tempat aktualisasi diri siswa.
Murthalamuddin mengingatkan kembali kejayaan Aceh pada masa lalu sebagai pusat pendidikan Melayu. Bahkan, sebutnya, sejumlah pembangunan di Malaysia turut ditopang oleh kontribusi saudagar Aceh. Namun kini, banyak anak-anak Aceh justru memilih bersekolah ke luar negeri.
“Dulu orang malu kalau tidak belajar ke Aceh. Hari ini anak-anak Aceh berlomba sekolah ke Malaysia. Ini tamparan bagi kita semua,” ujarnya.
Menjelang peringatan Hari Guru Nasional, Murthalamuddin meminta sekolah memberi penghormatan khusus kepada guru.
“Guru adalah raja dan ratu dalam proses pendidikan. Jangan jadikan guru sebagai objek yang diperlakukan semaunya,” katanya.
Ia mendorong siswa SMAN 11 Banda Aceh untuk membuat kegiatan khusus sebagai bentuk terima kasih kepada guru, termasuk menuliskan satu kalimat apresiasi sederhana.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa kekayaan masa depan tidak lagi ditentukan oleh modal besar, tetapi oleh kreativitas, ide, dan inovasi.
“Orang terkaya hari ini bukan pemilik pabrik, tetapi pemilik ide. Lihat Apple, Facebook, TikTok, mereka menjual inovasi,” ujarnya di hadapan para siswa.
Murthalamuddin meminta agar potensi kreatif siswa tidak berhenti hanya pada panggung INCRAV of Arts.
“Jangan berhenti di panggung ini. Aceh dan Indonesia membutuhkan kalian,” katanya memberi semangat.
Menutup sambutannya, ia mengingatkan bahwa masa depan Aceh sepenuhnya berada di tangan generasi muda.
“Kalian tinggal di tanah emas. Jangan biarkan orang lain yang mengolahnya karena kalian tak punya ilmu,” tegasnya.
Ia berharap generasi muda Aceh kelak bisa melanjutkan perjuangan pendahulu dan menjawab amanah mereka.
“Jika kami masih hidup, kami ingin mendengar kalian berkata: apa yang bapak-ibu titipkan sudah kami jalankan, dan kini kami lebih hebat,” tutupnya.
Editor: Redaksi













