Daerah  

Pelayaran ke Pulau Breuh Mengkhawatirkan, Negara Harus Hadir untuk Rakyatnya

Muhammad Ikram. Foto: Dok. Pribadi

MITRABERITA.NET | Kondisi transportasi laut ke Pulau Breuh, Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar, masih mengkhawatirkan. Kondisi itu kini disorot Himpunan Mahasiswa Aceh Besar (HIMAB).

Ketua Departemen Ekonomi Kreatif  HIMAB, Muhammad Ikram, menyuarakan keresahan masyarakat atas minimnya layanan pelayaran yang dinilai mengancam keselamatan dan menghambat kehidupan warga Warga Pulo Aceh khususnya warga Pulau Breuh.

Ikram menuturkan, saat ini, satu-satunya kapal penyeberangan, KMP Papuyu, hanya beroperasi sekali dalam sebulan untuk melayani rute Ulee Lheue–Pulau Breuh.

Fakta ini sangat memprihatinkan mengingat mayoritas warga Pulo Aceh tinggal di Pulau Breuh dan menggantungkan hidup pada akses laut tersebut.

“Pelayaran ke Pulau Breuh ini penting, ini soal keselamatan dan keberlangsungan hidup masyarakat, bukan hanya soal mobilitas barang, harusnya negara hadir,” ujarnya saat diwawancarai MITRABERITA.NET, Senin 26 Mei 2025.

Ikram yang juga putra Pulo Aceh mengungkap, kapal kerap gagal bersandar bukan karena cuaca buruk, melainkan rusaknya rambu pelayaran yang tak kunjung diperbaiki.

“Kita menilai pemerintah lalai terhadap keselamatan warga. Masyarakat Pulau Breuh juga butuh pelayanan yang baik dan diakui oleh negara, bukan sekedar menjadi penonton dibalik pembangunan yang tidak merata,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Ikram juga menjelaskan selama ini waktu singgah kapal KMP Papuyu di Pulau Breuh hanya beberapa menit. Tak lama setelah bersandar buru-buru langsung berangkat lagi ke Banda Aceh.

“Terkesan seperti orang buang sampah, setelah dilempar langsung berangkat. Warga yang ingin berkunjung ke Pulau Breuh itu bukan sampah, mereka butuh pelayanan yang baik, kalau pelayanan tidak baik bagaimana memajukan Pulo Aceh,” jelasnya.

Sebelumnya, anggota DPRA dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Munawar AR (Ngoh Wan) juga mengomentari tentang pelayanan dan penambahan rute kapal ke dari Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh ke Pulau Breuh.

Anggota Komisi IV DPR Aceh itu menyampaikan bahwa masyarakat menginginkan adanya rute pelayaran langsung dari Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh ke Pulau Breuh, yang selama ini belum terlayani oleh kapal penyeberangan KMP Papuyu.

“Ini bagian dari aspirasi masyarakat Pulo Aceh, khususnya warga Pulau Breuh, untuk mendapatkan akses yang lebih baik di masa depan. Kami tidak ingin mereka merasa ditinggalkan dalam pembangunan,” ujar Munawar AR saat diwawancarai MITRABERITA.NET, di Banda Aceh, pada Senin 19 Mei 2025.

Pulo Aceh merupakan kawasan kepulauan yang terdiri dari 17 gampong (desa) dengan populasi sekitar 5.000 jiwa. Sebagian besar penduduk menggantungkan hidup dari sektor perkebunan dan perikanan.

Tak hanya itu, wilayah ini juga memiliki potensi besar dalam sektor pariwisata. Keindahan alamnya yang masih asri, hutan tropis, pesona bawah laut, hingga situs sejarah seperti Mercusuar William’s Torrent III.

Editor: Redaksi