Uncategorized

Murthalamuddin: Pendidikan Kebencanaan Wajib Jadi Bagian dari Literasi Sains Sekolah

×

Murthalamuddin: Pendidikan Kebencanaan Wajib Jadi Bagian dari Literasi Sains Sekolah

Sebarkan artikel ini
Puluhan pelajar SMA dari berbagai kabupaten/kota di Aceh mengikuti rangkaian kegiatan TDMRC USK In Saintek 2025 bertema “Literasi Sains untuk Ketangguhan Bencana”, yang berlangsung sejak 4 hingga 7 November 2025. Foto: Humas Disdik Aceh

MITRABERITA.NET | Puluhan pelajar SMA dari berbagai kabupaten/kota di Aceh mengikuti rangkaian kegiatan TDMRC USK In Saintek 2025 bertema “Literasi Sains untuk Ketangguhan Bencana”, yang berlangsung sejak 4 hingga 7 November 2025.

Kegiatan tersebut digelar di sejumlah lokasi, termasuk kawasan rawan bencana di Neuheun, Krung Raya, Aceh Besar, sekaligus memperingati World Tsunami Awareness Day.

Melalui simulasi, eksperimen lapangan, diskusi ilmiah, dan praktik mitigasi di lokasi berisiko, para pelajar diperkenalkan secara langsung pada konsep sains kebencanaan. Program ini bertujuan menumbuhkan kesadaran, keterampilan, dan kesiapsiagaan generasi muda terhadap potensi bencana di daerah masing-masing.

Dalam sambutannya saat penutupan kegiatan di Gedung Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala, Jumat (7/11/2025), Plt. Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Murthalamuddin, S.Pd., MSP, menegaskan pendidikan kebencanaan harus menjadi bagian penting dari literasi sains di sekolah.

“Aceh adalah daerah dengan risiko bencana tinggi. Karena itu, penting bagi anak-anak kita untuk tidak hanya memahami teori, tetapi juga siap menjadi pelopor kewaspadaan di lingkungan sekolah dan masyarakat,” ujarnya.

Ia menilai program seperti Disaster Science Camp sangat strategis untuk menyiapkan generasi muda yang lebih tangguh dan peduli terhadap keselamatan lingkungan.

Murthalamuddin menyebut para peserta harus mampu menjadi “Duta Kewaspadaan Bencana” yang menyebarkan pengetahuan kebencanaan kepada teman, keluarga, dan warga sekitar.

“Saya berharap kegiatan ini tidak berhenti di sini. Anak-anak yang telah ikut pelatihan bisa menjadi contoh bagi sekolah lain dalam membangun budaya sadar bencana,” tambahnya.

Dalam kesempatan itu, ia juga mengajak sekolah, pemerintah daerah, dan masyarakat untuk memperkuat integrasi pendidikan kebencanaan dalam kurikulum maupun kegiatan ekstrakurikuler.

“Ilmu saja tidak cukup tanpa tindakan nyata. Sekolah harus menjadi tempat menumbuhkan kepekaan dan keterampilan menghadapi bencana. Dari sinilah Aceh bisa melahirkan generasi yang tangguh, berilmu, dan berempati,” tegasnya.

Kegiatan TDMRC USK In Saintek 2025 ditutup dengan pesan penting: membangun budaya sadar bencana bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama, terutama generasi muda sebagai garda terdepan perubahan.

Editor: Redaksi

Media Online