Warga Kecamatan Pulo Aceh khususnya warga dari Pulau Breuh, akhirnya mendapat angin segar. Aspirasi mereka untuk mendapatkan pelayanan transportasi laut yang lebih baik, kini ditanggapi Anggota Komisi IV DPRA dari Fraksi Partai PKB.
MITRABERITA.NET | Anggota Komisi IV DPR Aceh, Munawar AR, menyampaikan bahwa masyarakat menginginkan adanya rute pelayaran langsung dari Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh ke Pulau Breuh, yang selama ini belum terlayani oleh kapal penyeberangan KMP Papuyu.
“Ini bagian dari aspirasi masyarakat Pulo Aceh, khususnya warga Pulau Breuh, untuk mendapatkan akses yang lebih baik di masa depan. Kami tidak ingin mereka merasa ditinggalkan dalam pembangunan,” ujar Munawar AR saat diwawancarai MITRABERITA.NET, di Banda Aceh, Senin 19 Mei 2025.
Saat ini, KMP Papuyu hanya melayani rute Ulee Lheue–Lamteng, Pulau Nasi. Akibatnya, warga Pulau Breuh masih harus bergantung pada perahu kayu milik masyarakat untuk mobilitas dan distribusi barang.
Menanggapi kondisi tersebut, politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu telah mengajukan permintaan audiensi kepada Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), operator pelayaran antar-pulau.
Munawar AR akan mengusulkan penambahan Rute Pelayaran ke Pulau Breuh, Kabupaten Aceh Besar, sebagaimana harapan dari masyarakat setempat. Munawar sendiri merupakan anggota DPRA dapil Aceh Besar – Banda Aceh – Sabang.
“Jika rute ini terealisasi, biaya transportasi warga akan jauh lebih ringan, terutama untuk mobilisasi barang kebutuhan pokok. Ini akan berdampak langsung pada ekonomi masyarakat,” tambahnya.
Ngoh Wan –sapaan akrab Munawar– juga berharap masyarakat Pulo Aceh ikut aktif mendukung rencana ini agar proses realisasinya bisa lebih cepat dan mendapat respons positif dari pemerintah.
“Kita akan mengusulkan dan mengawal usulan ini hingga tuntas. Ini adalah tanggung jawab kita semua khususnya kami sebagai wakil rakyat, untuk memperjuangkan aspirasi rakyat,” tegasnya.
Pulo Aceh merupakan kawasan kepulauan yang terdiri dari 17 gampong (desa) dengan populasi sekitar 5.000 jiwa. Sebagian besar penduduk menggantungkan hidup dari sektor perkebunan dan perikanan.
Tak hanya itu, wilayah ini juga memiliki potensi besar dalam sektor pariwisata. Keindahan alamnya yang masih asri, hutan tropis, pesona bawah laut, hingga situs sejarah seperti Mercusuar William’s Torrent III.
Mercusuar itu sendiri merupakan situs sejarah peninggalan kolonial Belanda, yang disebut-sebut hanya tiga di dunia. Salah satunya adalah di Pulo Aceh.
Hal ini pun menjadikan Pulo Aceh sebagai mutiara tersembunyi di ujung barat Indonesia. “Dengan dukungan akses transportasi yang memadai, bukan tidak mungkin Pulo Aceh akan tumbuh menjadi destinasi unggulan di Aceh ke depan,” harap Ngoh Wan.
Penulis: Hidayat | Editor: Redaksi