NUSANTARAUTAMA

Mahasiswa Aceh Perkenalkan Tarian Likok Pulo di Thailand

×

Mahasiswa Aceh Perkenalkan Tarian Likok Pulo di Thailand

Sebarkan artikel ini
Mahasiswa Aceh Perkenalkan Tarian Likok Pulo di Thailand. Foto: Dok. MB

MITRABERITA.NET | Budaya Aceh kembali menembus panggung internasional melalui sebuah penampilan yang menarik. Kali ini, tarian tradisional Likok Pulo yang diperkenalkan di luar negeri, pada Kamis 21 Agustus 2025.

Mahasiswa asal Aceh menampilkan Tarian Likok Pulo dalam acara pertukaran budaya di Seri Gadeng/Rumah Tok Nebe, Yi-ngo District, Provinsi Narathiwat, Thailand.

Pertunjukan yang diinisiasi oleh mahasiswa Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Internasional Universitas Iskandar Muda Banda Aceh ini berhasil memukau masyarakat setempat.

Tarian khas pesisir Aceh Besar itu dilatih langsung oleh dua pemuda asal Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar, yakni Syafrizal dan Ikram, yang menampilkan keunikan budaya Aceh di hadapan warga Thailand.

Dengan diiringi syair islami, sembilan penari lelaki dan satu orang Syeh (pembawa syair dan musik rapai) menampilkan gerakan kompak tarian Likok Pulo.

Ikram mengatakan, riuh tepuk tangan mengiringi setiap hentakan dan irama rapai, menandakan kekaguman masyarakat Thailand yang hadir untuk menyaksikan penampilan mereka.

“Masyarakat sekitar terlihat sangat puas dan terkesan. Mereka menilai Aceh masih kental dengan adat istiadat serta budaya tradisionalnya,” ujarnya, dalam keterangan tertulis yang diterima media, Jumat malam 23 Agustus 2025.

Sejarah Likok Pulo

Sementara itu, Syafrizal menuturkan, Tarian Likok Pulo bukan sekadar hiburan, melainkan sebuah penampilan Seni yang sarat makna. “Kesenian tradisional ini lahir pada 1845 di Gampong Ule Paya, Kecamatan Pulo Aceh, Aceh Besar,” katanya.

Foto: Dok. MB

Penciptanya adalah seorang ulama asal Arab bernama Syeh Ahmad Badrun yang kala itu berdagang sekaligus menyebarkan ajaran Islam di tanah Aceh.

Melalui syair-syair islami, Syeh Ahmad Badrun menggunakan Likok Pulo untuk menyadarkan masyarakat Pulo Aceh dari perilaku menyimpang seperti perjudian, mabuk, dan hal hal tidak bermanfaat lainnya.

Pesan moral itu dibalut dengan gerakan yang padu, menggambarkan nilai persatuan, gotong royong, dan ketaatan kepada Allah yang telah memberikan banyak keberkahan hidup bagi warga pesisir tersebut.

Keunikan tarian ini terletak pada nasihat yang disampaikan melalui syair oleh sang Syeh. Sesuai namanya, “Likok” berarti gerakan, sementara “Pulo” merujuk pada pulau. Tak heran jika tarian ini sering disebut sebagai tarian pesisir.

“Kehadiran Likok Pulo di panggung Thailand membuktikan bahwa tradisi Aceh bukan hanya warisan sejarah, tetapi juga media diplomasi budaya,” ungkapnya.

Melalui penampilan mahasiswa ini, Likok Pulo tidak hanya menjaga identitas Aceh, tetapi juga mempererat hubungan antar bangsa melalui seni dan budaya.

Editor: Tim Redaksi

Media Online