EDUKASIEKONOMI & BISNIS

Kadisdik Aceh: MBG Dapat Menjadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Aceh

×

Kadisdik Aceh: MBG Dapat Menjadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Aceh

Sebarkan artikel ini
Kadisdik Aceh: MBG Dapat Menjadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Aceh. Foto: Dok. MB

MITRABERITA.NET | Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Aceh, Marthunis, ST., D.E.A., menilai program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan hanya kebijakan sosial di bidang pendidikan, tetapi juga dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

Hal tersebut disampaikan Marthunis menanggapi pidato Gubernur Aceh Muzakir Manaf beberapa hari lalu, dalam sidang paripurna DPRA terkait kesepakatan RPJMA 2025–2029.

Dalam kesempatan itu, Gubernur Aceh menyampaikan bahwa pihaknya menargetkan pertumbuhan ekonomi Aceh bisa mencapai 5,8 hingga 6,6 persen pada tahun 2029, jauh di atas rata-rata pertumbuhan lima tahun terakhir yang hanya 4,45 persen.

“Pertanyaannya adalah bagaimana target ini bisa diwujudkan? Salah satu jawabannya ada pada MBG. Program ini bisa menjadi peluang besar bagi Aceh untuk memperkuat fondasi ekonominya,” ujar Marthunis, yang dikutip MITRABERITA.NET, Senin 25 Agustus 2025.

Sementara itu, dalam APBN 2026, pemerintah pusat mengalokasikan dana fantastis sebesar Rp232,6 triliun untuk MBG. Jumlah ini mencapai hampir 30 persen dari total anggaran pendidikan nasional senilai Rp757,8 triliun.

Di Aceh sendiri, estimasi penerima manfaat MBG diperkirakan mencapai 1,1 juta anak. Dengan hitungan standar layanan 22 hari per bulan selama 10 bulan, dan biaya Rp10.000 per porsi, kebutuhan anggaran MBG di Aceh bisa mencapai sekitar Rp2,4 triliun.

Jumlah ini setara dengan 1 persen total PDRB Aceh yang pada 2024 tercatat sebesar Rp243 triliun. “Jika dikelola dengan baik, anggaran sebesar itu bukan hanya menjamin anak-anak kita makan bergizi, tapi juga bisa memberi efek berganda bagi ekonomi daerah,” jelasnya.

Marthunis juga berharap agar anggaran MBG tidak “bocor” ke luar daerah. Karena itu, Pemerintah Aceh diharapkan agar memastikan seluruh kebutuhan bahan baku dipasok oleh petani, peternak, dan nelayan lokal.

“Kalau bahan makanan didatangkan dari luar Aceh, justru akan mengurangi nilai tambah bagi ekonomi kita. MBG adalah permintaan, dan kita harus memastikan seluruh permintaan itu bisa dipenuhi oleh pelaku usaha Aceh,” tegasnya.

Dengan koordinasi yang baik antara penyedia makanan bergizi (SPPG) dan sentra produksi pangan, Aceh diyakini bisa meraih manfaat ganda: gizi anak terpenuhi, ekonomi lokal bergerak.

Lebih jauh, Marthunis menjelaskan bahwa keterlibatan petani, peternak, dan nelayan dalam suplai MBG akan mendorong peningkatan produksi. Hal ini tidak hanya membuka lapangan kerja baru, tetapi juga berpotensi menciptakan surplus untuk ekspor keluar daerah.

“Produksi meningkat, pendapatan masyarakat bertambah, lapangan pekerjaan terbuka, dan kemiskinan bisa ditekan. Semua itu dimulai dari MBG,” katanya.

Karena itu, ia menegaskan bahwa program Makan Bergizi Gratis bukan sekadar kebijakan sosial, melainkan juga motor penggerak ekonomi daerah. “MBG bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Aceh. Setidaknya, 1 persen pertumbuhan bisa datang dari sini,” pungkasnya.

Editor: Redaksi

Media Online