Global  

Israel Disebut Sengaja Kacaukan Negosiasi Iran dan AS soal Nuklir, Donald Trump Diduga Terlibat

Israel Disebut Sengaja Kacaukan Negosiasi Iran dan AS soal Nuklir, Donald Trump Diduga Terlibat. Foto: Ilustrasi - Anadolu

MITRABERITA.NET | Ketegangan di Timur Tengah kembali memanas setelah Iran menuding Israel dengan sengaja menggagalkan proses diplomatik antara Teheran dan Washington terkait program nuklir.

Pernyataan keras Iran dilontarkan setelah serangan balasan dilancarkan ke Israel pada Jumat malam 13 Juni 2025, sebagai respons atas serangan militer Israel ke wilayah Iran sehari sebelumnya.

Teheran menuduh Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis telah membantu Israel secara langsung maupun tidak langsung, dan memperingatkan bahwa pangkalan militer serta kapal mereka di Timur Tengah bisa menjadi target balas dendam Iran.

Peringatan ini disampaikan secara terbuka dan dimuat di sejumlah media Iran, sebagaimana dikutip sejumlah media nasional dari laporan Reuters.

Pemerintah Iran menegaskan bahwa dukungan negara-negara Barat terhadap Israel bisa memicu konflik yang lebih luas dan tak terkendali di kawasan.

Dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, mengeluarkan pernyataan tegas bahwa Israel telah berusaha “menghancurkan diplomasi, menyabotase negosiasi, dan menyeret kawasan tersebut ke dalam konflik yang lebih luas”.

Ia juga menegaskan bahwa keterlibatan Washington dalam konflik ini “tidak diragukan lagi”.

“Mereka yang mendukung rezim ini, dengan Amerika Serikat di garis depan, harus memahami bahwa mereka terlibat. Dengan membantu dan memungkinkan kejahatan ini, mereka berbagi tanggung jawab penuh atas konsekuensinya,” ujar Iravani kepada Dewan Keamanan.

Sementara itu, Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, berdalih Iran telah “mempersiapkan diri untuk perang” dan menyatakan bahwa serangan yang dilakukan Israel merupakan “tindakan perlindungan nasional.”

Yang mengejutkan, Presiden AS Donald Trump disebut berada di balik ketegangan diplomatik ini. Namun hingga kini, Trump belum berani mengakui hal itu.

Langkah Trump ini memicu dugaan bahwa ada upaya sistematis untuk menggagalkan jalur diplomasi dan menjerumuskan kawasan ke dalam konflik berskala besar.

Editor: Tim Redaksi