MitraBerita | Pasangan calon walikota-wakil walikota Banda Aceh, Teuku Irwan Djohan dan Khairul Amal, melakukan deklarasi yang mengharukan dan penuh semangat, di Asrama Haji Banda Aceh, Kamis 29 Agustus 2024.
Deklarasi dilakukan sebelum mereka melakukan konvoi meriah menuju Kantor KIP Kota Banda Aceh, dikelilingi oleh ribuan relawan dan pendukung yang setia.
Teuku Irwan Djohan, yang diusung oleh Partai NasDem dan PKS, menghadirkan momen emosional dalam orasinya. Mengenakan kemeja putih, celana hitam, dan peci hitam, Irwan memulai pidatonya dengan cerita tragis yang baru-baru ini terjadi di Kuala Lumpur, Malaysia.
Ia menggambarkan bagaimana sebuah keluarga turis asal India terjatuh ke dalam lubang sedalam delapan meter akibat runtuhnya trotoar. Berita tersebut, menurut Irwan, sangat mengganggu dan membuatnya tidak bisa tidur, membayangkan penderitaan yang dialami keluarga tersebut.
Irwan mengungkapkan bahwa kejadian serupa pernah terjadi di Banda Aceh ketika seorang turis terjatuh ke dalam selokan akibat trotoar yang runtuh. Meskipun lubangnya tidak sedalam yang terjadi di Malaysia, tetap saja hal ini menimbulkan keprihatinan mendalam baginya.
Menurutnya, kejadian seperti itu sangat membuatnya merasa sedih dan miris. “Jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi di Banda Aceh,” tegasnya.
Dalam orasinya, Irwan mengaitkan kejadian tersebut dengan tanggung jawab seorang pemimpin.
Anggota DPR Aceh dua periode tersebut mengingatkan hadirin pada pernyataan Khalifah Umar bin Khattab, yang menyatakan bahwa jika ada seekor keledai yang jatuh di Baghdad, maka pemimpin pun ikut khawatir harus bertanggung jawab.
Irwan Djohan menegaskan bahwa tugas seorang walikota Banda Aceh adalah memastikan keselamatan warga dan mencegah kejadian-kejadian tragis yang disebabkan oleh kelalaian pemerintah kota.
Politisi NasDem tersebut juga sempat menceritakan momen pribadi yang menyedihkan, yaitu kematian ayahnya akibat penembakan di Jalan Muhammad Jam, Banda Aceh pada tahun 2001 silam.
Dia menggambarkan betapa beratnya beban emosional yang ditanggung, dan mengaitkannya kembali dengan tanggung jawab besar yang harus diemban oleh seorang pemimpin.
Kepada para pendukungnya, Irwan berjanji untuk menghindari kejadian serupa dan memastikan bahwa setiap sentimeter kota di Banda Aceh layak untuk ditinggali, saat ia memimpin Kota Banda Aceh nantinya.
Dalam kesempatan itu, Irwan Djohan juga menyinggung insiden-insiden lain, seperti kematian seorang tukang parkir dan nenek yang tertabrak pengendara, baru-baru ini di Kota Banda Aceh, sebagai contoh kurangnya perhatian terhadap keselamatan warga.
Dalam penutup pidatonya, Irwan mengungkapkan cintanya yang mendalam terhadap Kota Banda Aceh, tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Ia berkomitmen untuk mengerahkan seluruh tenaga, waktu, dan sumber daya demi mewujudkan Banda Aceh yang makmur, sejahtera, dan aman.
“Saya ingin melihat kota ini menjadi tempat yang lebih baik untuk seluruh warganya,” ungkapnya yang disambut penuh haru diiringi tepuk tangan optimisme ribuan relawan dan pendukung setia.