MITRABERITA.NET | Iran menggelar upacara pemakaman kenegaraan besar-besaran pada Sabtu 28 Juni 2025, sebagai penghormatan terakhir bagi 60 petinggi negara, termasuk para jenderal tinggi militer, yang gugur dalam konflik bersenjata melawan Israel.
Prosesi ini menjadi momen duka mendalam sekaligus pernyataan tegas dari Republik Islam Iran terhadap dampak perang yang terus berkecamuk.
Upacara dimulai pukul 08.00 waktu setempat di Lapangan Enghelab, Teheran, dan dilanjutkan dengan prosesi mengarah ke Lapangan Azadi, melintasi jalan utama ibu kota sejauh 11 kilometer.
Ribuan warga Iran diperkirakan hadir dalam prosesi ini, yang disebut-sebut sebagai salah satu upacara pemakaman kenegaraan terbesar dalam sejarah Iran pasca-revolusi.
Kepala Dewan Koordinasi Pembangunan Islam Teheran, Mohsen Mahmoudi, menyebut momen ini sebagai tonggak penting dalam sejarah negara. “Ini akan menjadi hari bersejarah bagi Iran Islam dan revolusi,” ujarnya.
Di antara korban yang dimakamkan adalah Mohammad Bagheri, mayor jenderal dari Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), yang juga dikenal sebagai figur nomor dua paling berpengaruh dalam jajaran militer Iran setelah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Seperti dilansir AFP yang dikutip CNNIndonesia, Bagheri gugur bersama istri dan putrinya, seorang jurnalis media lokal, dalam serangan udara Israel yang tiba-tiba ke Iran.
Selain Bagheri, Komandan Garda Revolusi lainnya, Hossein Salami, yang tewas pada hari pertama perang, juga turut dimakamkan dalam rangkaian upacara kenegaraan ini.
Duka mendalam menyelimuti upacara tersebut, terlebih karena dari 60 korban yang dimakamkan, empat di antaranya adalah anak-anak.
Situasi semakin tegang setelah komentar kontroversial dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Diplomat tinggi Iran langsung mengecam pernyataan Trump yang dianggap melecehkan Ayatollah Khamenei.
“Jika Presiden Trump sungguh ingin melakukan kesepakatan, ia harus mengesampingkan nada yang tidak hormat dan tidak dapat diterima terhadap Pemimpin Tertinggi Iran, Grand Ayatollah Khamenei,” tulis Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi di media sosial X.
Sebelumnya, Trump dalam platform Truth Social menyatakan bahwa ia telah menyelamatkan Khamenei dari “kematian yang sangat buruk dan memalukan,” serta mengklaim mencegah Israel untuk tidak membunuh pemimpin spiritual Iran tersebut.
“Tapi tidak, sebaliknya saya justru dihantam dengan pernyataan kemarahan, kebencian, dan kejijikan, dan saya segera menghentikan semua pekerjaan terkait pelonggaran sanksi, dan lainnya,” ujar Trump.
Upacara ini menjadi simbol kekuatan, kesedihan, dan keteguhan Iran dalam menghadapi eskalasi konflik dengan Israel, serta mengirimkan pesan kepada dunia bahwa para pemimpin yang gugur tidak akan dilupakan begitu saja.
Editor: Tim Redaksi