Iqbal Djohan Minta Pemko Banda Aceh Rutin Gelar Event di Pasar Aceh dan Latih Pedagang Berjualan Online

Anggota DPRK Banda Aceh Teuku Iqbal Djohan. Foto: Dok. Pribadi

MITRABERITA.NET | Anggota DPRK Banda Aceh Teuku Iqbal Djohan, SE menyarankan Pemerintah Kota Banda Aceh lebih sering mengadakan even di Gedung Pasar Aceh baru untuk membangkitkan kembali perdagangan di pasar tersebut.

Sebelumnya diberitakan sejumlah media bahwa saat ini sebanyak 285 toko dari total 500 toko di Pasar Aceh terpaksa harus gulung tikar karena sepi pembeli.

“Pemko Banda Aceh harus lebih banyak mengadakan event rutin di Pasar Aceh seperti bazar pakaian dan kuliner dengan mengundang UMKM Lokal guna mendatangkan lebih banyak pengunjung,” ujarnya, Kamis 8 Mei 2025.

Iqbal Djohan mengungkap, selama ini konsumen sudah banyak yang beralih ke belanja online. Itu sebabnya harus dilakukan terobosan baru agar pembeli bisa kembali didatangkan ke Pasar Aceh.

“Setelah melihat langsung, mungkin masyarakat akan berminat untuk berbelanja karena produk di Pasar Aceh juga bagus dan berkualitas,” katanya.

Iqbal menjelaskan, jika selama ini bazar sering dilaksanakan di Taman Sari atau Blang Padang mungkin bisa sesekali diadakan di lantai 3 Gedung Pasar Aceh Baru.

“Bisa juga event-event sederhana seperti lomba mewarnai anak dan sejenisnya. Jadi orang tua anak sembari menemani anaknya berlomba bisa sekalian berbelanja,” jelasnya.

Dalam Talk Show Radio RRI, Rabu pagi 7 Mei 2025 bertajuk “Benarkah Pasar Aceh di ujung tanduk? Mengapa dan apa solusinya?” Iqbal Djohan menjadi salah satu narasumber bersama Dr. Samsul Bahri, M.Si selaku Kepala Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan Kota Banda Aceh.

Dalam kesempatan itu, Iqbal Djohan juga menyampaikan bahwa sepinya pasar Aceh tidak hanya terjadi di Banda Aceh tapi juga seluruh dunia karena terjadinya pergeseran traffic belanja masyarakat ke belanja online yang dianggap lebih simple dan lebih banyak pilihan.

Untuk menghadapi tantangan ini, Iqbal Djohan menyarankan agar Pemko Banda Aceh melakukan pelatihan dan pendampingan bagi pedagang untuk juga bisa berjualan secara online.

“Mungkin masih banyak pedagang kita yang belum paham cara berjualan online, untuk itu perlu diberi pelatihan agar mereka bisa bersaing, bagaimana cara buat konten yang menarik dan dilakukan pendampingan oleh ahlinya karena berjualan online juga harus selalu update mengikuti algoritma yang sedang trend di masyarakat,” paparnya.

Menurut Iqbal, selama ini sebagian besar pedagang masih pakai metode lama, buka toko dan menunggu pembeli. Ia berharap pedagang dan Pemko Banda Aceh bisa lebih aktif dan kreatif untuk menarik minat pembeli.

Selain itu Iqbal juga menyebutkan kalau dulu hanya Pasar Aceh menjadi pusat perdagangan pakaian di Kota Banda Aceh. Tapi saat ini toko toko pakaian sudah tersebar di banyak tempat seperti di Ulee Kareng, Lampineung, Neusu dan Batoh. “Ini tentu memberi efek terhadap sepinya Pasar Aceh saat ini,” katanya.

Talk Show Pagi RRI. Foto: Dok. Iqbal Djohan

Dalam kesempatan Talk Show tersebut, Dr. Samsul Bahri, M.Si selaku Kepala Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan Kota Banda Aceh juga menyampaikan beberapa faktor yang menyebabkan sepinya pembeli ke Pasar Aceh, seperti fasilitas yang sudah kurang terawat, eskalator, lift, AC yang kurang berfungsi baik.

“Faktor lainnya adalah banyaknya pedagang yang berjualan barang yang hampir sama. Barang dagangan antar satu toko dengan toko lainnya mirip, kurang diferensiasi,” ungkapnya.

Di akhir Talk Show, Samsul Bahri menyampaikan bahwa Pemko Banda Aceh akan membenahi fasilitas yang kurang memadai saat ini dan mengajak masyarakat untuk kembali berbelanja ke Pasar Aceh.

Sedangkan Iqbal Djohan berharap Pemko Banda Aceh serius mencari solusi agar Pasar Aceh bisa bangkit lagi. Ia meminta pedagang harus diundang lagi untuk mengisi toko-toko yang kosong.

“Jika perlu diberi keringanan harga sewa, BSI dan Bank Aceh bisa diajak menyalurkan pinjaman modal ke pedagang. Kita sangat berharap perdagangan di Pasar Aceh kembali bergairah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat terutama para pedagang,” tutup Iqbal Djohan.

Editor: Redaksi