MITRABERITA.NET | Dana Moneter Internasional (IMF) mengeluarkan peringatan keras terhadap kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang dinilai dapat mengguncang stabilitas ekonomi global.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menegaskan bahwa langkah tersebut membawa risiko besar di tengah melambatnya pertumbuhan dunia.
“Kami masih menilai implikasi makro ekonomi dari langkah-langkah tarif yang diumumkan, tetapi mereka jelas mewakili risiko signifikan terhadap prospek global pada saat pertumbuhan yang lambat,” kata Georgieva dalam pernyataan yang dikutip dari The National, Jumat 4 April 2025.
Peringatan ini datang setelah pasar saham AS mengalami gejolak hebat. Indeks Dow Jones anjlok 1.600 poin, sementara S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 4,84% dan 5,97%. Indeks Russell 2000, yang terdiri dari saham-saham berkapitalisasi kecil, bahkan memasuki wilayah pasar bearish.
Kebijakan tarif Trump, yang bersifat universal dan timbal balik, telah menuai kritik tajam. Meski tetap bersikukuh bahwa kebijakan tersebut akan menguntungkan ekonomi AS, Georgieva mendesak agar AS menahan diri dari langkah-langkah yang dapat memperburuk kondisi global.
“Kami mengimbau Amerika Serikat dan mitra dagangnya untuk bekerja secara konstruktif menyelesaikan ketegangan perdagangan dan mengurangi ketidakpastian,” katanya.
Pernyataan Georgieva ini menjadi teguran langka dari IMF kepada pemegang saham terbesarnya, mengingat dana tersebut biasanya bersikap hati-hati dalam mengomentari kebijakan negara-negara anggota. Sebelumnya, IMF juga telah memperingatkan bahaya proteksionisme selama masa kepemimpinan Presiden Joe Biden.
Beberapa negara yang saat ini terkena dampak tarif Trump merupakan debitur besar IMF, termasuk Argentina, Mesir, dan Pakistan. Kondisi ini menambah kompleksitas tantangan ekonomi global yang sedang dihadapi.
Peringatan dari IMF datang menjelang Pertemuan Musim Semi IMF dan Bank Dunia yang akan berlangsung di Washington akhir bulan ini. Dalam pertemuan tersebut, IMF dijadwalkan merilis proyeksi ekonomi global terbarunya, dengan prediksi pertumbuhan hanya sebesar 3,3% tahun ini—jauh di bawah rata-rata 3,7% selama periode 2000–2019.
Meski begitu, IMF masih menepis kemungkinan resesi di Amerika Serikat dalam waktu dekat, sebagaimana disampaikan dalam konferensi pers pekan lalu.