MITRABERITA.NET | Setelah mencetak rekor tertinggi baru di kisaran USD 111.900, harga Bitcoin (BTC) kini tergelincir dan diperdagangkan di sekitar USD 105.000 pada 30 Mei 2025, memicu kekhawatiran pasar akan potensi koreksi lebih dalam.
Penurunan ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan jual, yang dipicu oleh aksi ambil untung dari investor serta kekhawatiran terhadap dinamika ekonomi global.
Sorotan utama tertuju pada inflasi Amerika Serikat yang belum mereda dan ketidakpastian arah kebijakan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).
Tak hanya Bitcoin, tekanan juga menghantam pasar Kripto secara keseluruhan. Kapitalisasi pasar kripto global tercatat turun lebih dari 1,7% dalam 24 jam terakhir, menandakan kekhawatiran investor yang meluas.
“Fluktuasi seperti ini merupakan bagian alami dari dinamika pasar kripto yang sangat sensitif terhadap sentimen global,” ungkap Antony Kusuma, Vice President INDODAX, dilansir JPNN.com.
“Ketika harga menyentuh titik tertinggi historis, aksi ambil untung adalah hal yang wajar. Namun koreksi jangka pendek tidak selalu mencerminkan pelemahan fundamental Bitcoin.”
Zona Kritis dan Potensi Rebound
Saat ini, level harga antara USD 100.000 hingga USD 104.000 dipantau ketat oleh pelaku pasar sebagai zona akumulasi potensial. Jika tekanan jual berlanjut dan harga menyentuh kisaran ini, peluang terjadinya rebound dianggap cukup terbuka.
Antony menjelaskan bahwa volatilitas tajam merupakan karakter khas siklus pasar kripto. Situasi seperti ini bisa menjadi momen strategis bagi investor yang disiplin dan berpikir jangka panjang.
“Investor harus menjadikan fase ini sebagai waktu untuk mengevaluasi ulang portofolio. Apakah sudah sesuai dengan profil risiko? Apakah strategi yang dijalankan sudah memperhitungkan manajemen risiko secara matang?” jelasnya.
Menurut Antony, reaksi emosional terhadap fluktuasi harga justru menjadi jebakan berbahaya. Di tengah kondisi yang tidak pasti, pendekatan rasional dinilai jauh lebih efektif.
“Pasar kripto sangat dinamis dan tidak bergerak dalam garis lurus. Pemahaman teknis penting, tapi ketenangan berpikir dan kesiapan mental investor justru yang menjadi pembeda,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya literasi keuangan dan pemahaman mendalam terhadap siklus pasar serta nilai fundamental aset digital.
“Koreksi harga bukan selalu sinyal negatif. Sering kali, itu justru jadi titik refleksi untuk masuk pasar secara lebih terukur. Investor yang konsisten, disiplin, dan memiliki pandangan jangka panjang akan lebih siap menghadapi gejolak seperti ini,” tutupnya.
Editor: Tim Redaksi