MITRABERITA.NET | Aula Bahriyatul Ulum Pandan menjadi saksi penting pada 26 Mei 2025 lalu, ketika Hafsah Dilailai Pardosi disebut namanya resmi dilantik menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kinerja (PPPK).
Itu adalah momen manis dari perjalanan panjang penuh air mata, ketekunan, dan harapan yang tak pernah padam dari Hafsah, sosok guru honorer yang telah dua dekade lebih mengabdikan hidupnya untuk pendidikan.
Sejak tahun 2005, Hafsah telah menjadi pendidik di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Tapanuli Tengah, setelah dua tahun sebelumnya mengajar di MTs Swasta.
Dalam kurun waktu itu, tak kurang dari sepuluh kali seleksi ia ikuti –lima kali tes CPNS, satu kali pengangkatan CPNS, dan empat kali tes PPPK– namun kesuksesan yang diimpikan masih tertunda saat itu.
Ia sempat menjadi satu-satunya guru honorer kategori THK-II yang tersisa di madrasahnya, bahkan di kabupaten tempat ia mengabdi. Di saat semua rekannya telah berhasil meraih status ASN, Hafsah tetap berdiri sendiri –bertahan dalam sunyi, namun tidak pernah menyerah.
“Rasanya seperti tak ada lagi harapan,” ujar Hafsah saat ditemui di kediamannya di Barus, Senin 2 Juni 2025 kemarin.
“Tapi dukungan teman-teman dan keluarga membuat saya bangkit lagi. Saya terus berdoa dan mencoba, hingga akhirnya Allah kabulkan di waktu terbaik,” ungkapnya seperti dilansir laman resmi Kemenag Republik Indonesia.
Menjadi guru, bagi Hafsah, bukanlah soal status atau penghasilan. Ini adalah panggilan jiwa, warisan dari sang ayah yang juga seorang guru dan tokoh masyarakat.
Meski sang ibu pernah memintanya mengikuti jejak menjadi pedagang, Hafsah menolak. “Saya terlalu mencintai dunia anak-anak dan pendidikan. Menjadi guru adalah cita-cita saya sejak kecil,” tuturnya.
Perjalanan sebagai guru honorer tentu tak mudah. Hafsah pernah menerima honor pertamanya hanya sebesar Rp100.000 –jumlah yang tak cukup untuk menutupi kebutuhan hidup.
Ia pun membuka les privat di rumah, disambut antusias warga sekitar, dan mencari tambahan jam mengajar di sekolah swasta. Sinar itu mulai tampak ketika ia lulus sebagai guru sertifikasi pada 2010 dan menjadi guru impassing di tahun berikutnya.
Selain mengajar Bahasa Inggris, Hafsah juga dipercaya sebagai Kepala Perpustakaan MTsN 1 Tapanuli Tengah sejak 2023. Ia dikenal rapi, disiplin, dan penuh dedikasi.
Di luar sekolah, ia aktif di masyarakat sebagai Wakil Ketua PKK Kelurahan Pasar Batu Gerigis, mendampingi suaminya yang merupakan sekretaris kelurahan. Sejak 2014 hingga kini, ia tetap menjalankan peran ganda itu tanpa mengeluh.
Kini, sebagai ASN PPPK, Hafsah bertekad lebih lagi. Ia ingin menanamkan kemampuan berbahasa Inggris praktis kepada siswa-siswinya lewat program “Daily Conversation.” Sebuah mimpi sederhana yang ia yakin akan mengubah banyak hal.
“Saya ingin anak-anak di madrasah ini tak hanya pintar secara akademik, tapi juga percaya diri berbicara di dunia yang makin global. Bahasa Inggris bisa jadi jembatan masa depan mereka,” ucapnya penuh semangat.
Hafsah adalah cermin dari semangat tulus seorang pendidik sejati. Bahwa menjadi guru bukan soal gelar atau jabatan, tapi tentang ketekunan, kesabaran, dan cinta yang tak mengenal lelah.
Dan kini, setelah 20 tahun lebih menabur bakti dalam senyap, akhirnya cahaya itu datang menyambutnya –penuh hormat, penuh haru.
“Saya akan terus menjadi pendidik, ASN atau tidak. Ini jalan hidup saya, sampai akhir nanti,” tutup Hafsah dengan senyum yang tak bisa disembunyikan lagi kelegaannya.
Editor: Redaksi