MitraBerita | Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto memberikan pernyataan terkait insiden peretasan data yang menimpa Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, dengan mengusulkan rekrutmen dan pendidikan khusus untuk mengisi satuan siber TNI sebagai langkah responsif terhadap kejadian tersebut.
Dalam konferensi pers di kompleks parlemen Jakarta, Rabu 10 Juli 2024, Jenderal Agus Subiyanto menjelaskan bahwa langkah-langkah konkret sedang dipertimbangkan untuk memperkuat keamanan siber TNI.
“Masuk lewat rekrutmen khusus, nanti pendidikannya juga khusus, baru dia kita masukkan ke satuan siber,” ucap Agus, disadur dari CNNIndonesia.com.
Panglima TNI menegaskan ke depannya, personel yang masuk ke satuan siber TNI tidak harus berasal dari latar belakang Bintara, Tamtama, atau perwira umum. “Jadi memang dari mungkin kuliahnya atau SMA-nya sudah punya kemampuan IT,” ujarnya.
Agus menjelaskan bahwa sejak terjadinya peretasan, TNI melakukan evaluasi menyeluruh terhadap doktrin dan persiapan SDM di satuan siber. “Ya, kita lagi evaluasi, evaluasi dari SDM-nya, mungkin alat-alatnya juga harus bagus,” ungkapnya.
Insiden peretasan BAIS TNI terungkap setelah akun media sosial X @FalconFeedsio melaporkan bahwa data BAIS telah diunggah ke BreachForums oleh pengguna bernama MoonzHaxor. “Kebocoran tersebut mencakup file sampel dengan data lengkap tersedia untuk dijual.”
Menyusul insiden tersebut, TNI telah menonaktifkan server yang terkena dampak dan sedang melakukan penyelidikan mendalam. “Saat ini server sudah dinonaktifkan untuk kepentingan penyelidikan yang lebih lanjut,” kata Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Nugraha Gumilar.
Nugraha menegaskan data yang diretas merupakan data lama yang dirilis pada tahun 2024 oleh pihak peretas. “Kami tengah melakukan langkah-langkah untuk menangani dan mencegah kejadian serupa di masa depan,” tegasnya.
BAIS TNI memiliki peran krusial dalam menyediakan analisis intelijen strategis terkait pertahanan dan dinamika negara lain, serta fokus pada urusan intelijen tempur.