MITRABERITA.NET | Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) siap mengucurkan dana sebesar Rp1,5 triliun untuk menyerap gula pasir petani yang hingga kini belum terjual dan menumpuk di gudang pabrik gula.
Hal tersebut diungkap Sekretaris Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Cabang Kecamatan Assembagoes, Situbondo, Herman Fauzi, setelah pihaknya berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Pangan dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
“Pekan lalu Pengurus APTRI Pusat berkoordinasi dengan kementerian terkait, dan disampaikan solusinya Danantara akan mengucurkan dana melalui PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) untuk membeli sementara gula petani,” kata Herman.
Menurutnya, ribuan ton gula pasir hasil panen petani masih tertahan di gudang Pabrik Gula (PG) Assembagoes selama lebih dari sebulan. Harga yang ditawarkan pedagang berada di bawah harga acuan penjualan (HAP) Rp14.500 per kilogram.
“Sudah empat minggu ini tawaran pedagang Rp14.350 per kilogram, ada juga yang menawar Rp14.200. Minimal harga gula Rp14.500,” ujarnya, seperti dilansir Tirto.id, Sabtu 9 Agustus 2025.
Herman menduga rendahnya harga beli dipicu peredaran gula rafinasi di pasar. Padahal, gula rafinasi semestinya hanya diperuntukkan bagi industri makanan dan minuman, bukan untuk konsumsi rumah tangga.
“Gula rafinasi itu warnanya sangat putih dan tidak semanis gula pasir pada umumnya, dan harganya lebih murah,” jelasnya.
Manajemen PG Assembagoes membenarkan masih tersimpannya sekitar 5.000 ton gula pasir petani di gudang. General Manager PG Assembagoes, Mulyono, menyebut kondisi ini berdampak pada tertundanya pembayaran kepada petani.
“Karena gula pasir belum terjual ke pedagang, selama lebih dari empat periode ini kami belum melakukan pembayaran kepada petani yang tebunya digiling di PG Assembagoes,” kata Mulyono.
Dengan rencana penyerapan gula oleh Danantara melalui PT SGN ini, petani berharap harga kembali stabil sesuai HAP dan pembayaran hasil panen dapat segera dilakukan.
Editor: Tim Redaksi