Bantai Ratusan Ribu Warga Palestina, Netanyahu Nominasikan Nobel Perdamaian untuk Trump

Foto: Reuters/Kevin Lamarque

MITRABERITA.NET | Dunia internasional kembali dikejutkan dengan langkah kontroversial Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang mengajukan nominasi Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian 2025.

Langkah ini dilakukan di tengah gelombang kecaman global terhadap agresi militer Israel yang telah menewaskan ratusan ribu warga sipil Palestina sejak tahun 2023.

Netanyahu menyerahkan surat nominasi langsung kepada Trump dalam sebuah pertemuan di Gedung Putih, seperti dilaporkan media Rusia Sputnik, Selasa 8 Juli 2025.

“Saya ingin menyampaikan kepada Anda, Bapak Presiden, surat yang saya kirim kepada Komite Hadiah Nobel. Surat itu menominasikan Anda untuk Nobel Perdamaian, yang memang pantas Anda terima. Anda harus menerimanya,” ujar Netanyahu kepada Trump.

Langkah ini langsung menuai kontroversi, mengingat latar belakang tragis dari konflik berkepanjangan di Gaza dan Tepi Barat yang justru diperburuk oleh kebijakan luar negeri Trump selama menjabat Presiden AS.

Dukungan penuh Trump terhadap pendudukan Israel atas wilayah Palestina kerap dikritik sebagai pemantik eskalasi kekerasan yang brutal dan tidak berperikemanusiaan.

Meskipun demikian, Netanyahu memuji Trump sebagai tokoh pemersatu dan pendorong perdamaian, terutama atas perannya dalam memfasilitasi Perjanjian Abraham –kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan sejumlah negara Arab.

“Kepemimpinan Anda terhadap dunia yang bebas, terhadap tujuan yang adil, dan upaya mewujudkan perdamaian dan keamanan telah menginspirasi banyak pihak,” klaim Netanyahu dalam pertemuan itu.

Menanggapi nominasi tersebut, Trump mengaku tidak mengetahui bahwa dirinya dicalonkan untuk penghargaan bergengsi itu. “Saya tidak tahu bahwa Anda menominasikan saya. Tapi saya sangat berterima kasih,” ujar Trump singkat.

Namun, di mata banyak pihak, terutama masyarakat internasional yang menyaksikan penderitaan Warga Palestina, tindakan ini dinilai tidak pantas dan sangat ironis.

Beberapa pengamat menilai nominasi tersebut sebagai bentuk pencucian nama di tengah gelombang tudingan pelanggaran HAM berat oleh pemerintah Israel dan mitra internasionalnya.

Seperti diketahui, keduanya terlibat dalam pembantaian ratusan ribu warga Palestina yang dilakukan bertahun-tahun. Kini, keduanya malah ingin memperoleh Nobel Perdamaian.

Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari Komite Nobel terkait pengajuan nominasi tersebut.

Editor: Tim Redaksi