MITRABERITA.NET | Sebuah peringatan keras dan menggetarkan datang dari Aktivis Referendum Aceh tahun 1999, Darnisaf Husnur alias Bang Saf. Dalam pernyataannya yang tajam dan penuh makna historis, ia mengingatkan pemerintah pusat dan pihak manapun agar tidak bermain-main dengan harga diri rakyat Aceh, karena Aceh bukan tanah yang bisa seenaknya diobok-obok.
“Aceh itu bara api, jangan terus disiram bensin,” tegas Bang Saf, menyindir situasi mutakhir yang dinilainya makin mengusik rasa keadilan dan martabat rakyat Serambi Mekkah.
Menurutnya, sejarah panjang Aceh tak bisa dilupakan begitu saja. “Dulu Aceh berperang melawan penjajah karena ingin mempertahankan kedaulatan negeri yang dicintai. Mereka datang ingin menguras hasil alam Aceh dengan cara-cara yang melecehkan orang Aceh,” ujar pria yang dikenal sebagai salah satu penggerak perlawanan sipil akhir 1990-an itu.
Ia juga menyoroti bahwa perlawanan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) selama lebih dari tiga dekade bukanlah perlawanan biasa. Itu lahir dari rasa terhina, luka sejarah, dan ketidakadilan yang terus-menerus dibiarkan oleh negara.
“Jangan kira karena hari ini Aceh tampak tidak kompak, terutama di kalangan elite, lantas generasi Aceh akan diam saat harga diri mereka diinjak-injak,” tegasnya. “Aceh punya sejarah perlawanan yang panjang. Martabat orang Aceh bukan untuk ditawar-tawar.”
Bang Saf pun memperingatkan bahwa jika ketidakadilan terus dilakukan, maka perdamaian yang telah dirajut dengan susah payah bisa hancur dalam hitungan hari. “Harimau tidur itu tidak menggonggong, tapi ketika lapar dan diganggu, dia akan bangkit. Jangan bangunkan harimau tidur.”
Ia menantang narasi bahwa rakyat Aceh tidak lagi memiliki nyali untuk bangkit: “Siapa bilang tidak ada lagi yang ingin berperang jika Aceh kembali konflik? Jika kalian ingin tahu siapa sebenarnya orang Aceh, maka cobalah lecehkan mereka terus menerus, kalian akan tahu jawabannya.”
Pernyataan keras Bang Saf menjadi alarm bagi semua pihak. Ia tidak hanya bicara soal sejarah, tapi juga kewaspadaan atas retaknya kepercayaan rakyat terhadap keadilan negara. Pesan utamanya jelas: jangan main api di tanah yang menyimpan bara.
Penulis: Hidayat | Editor: Tim Redaksi