MITRABERITA.NET | Di balik sunyi dan damainya tanah pemakaman, tersimpan harapan yang lama terpendam, harapan agar tempat peristirahatan terakhir para leluhur dan orang-orang tercinta tidak dibiarkan sepi, kumuh, dan terlupakan.
Harapan itulah yang kini terwujud di Gampong Lampaseh Aceh, Kecamatan Meuraxa, berkat kepedulian dan inisiatif Wakil Ketua DPRK Banda Aceh, Daniel Abdul Wahab.
Kompleks pemakaman umum yang dulunya dikenal dengan kesan angker dan tak terurus, kini telah berubah menjadi tempat yang bersih, tertata, dan layak diziarahi.
Pagar keliling telah dibangun, semak-semak dibersihkan, dua pintu masuk disediakan, bahkan sebuah sumur tawar kini mengalir di tengah kawasan pesisir yang identik dengan air asin.
Semua ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab moral dan nurani, bukan sekadar formalitas jabatan.
“Kita telah menunaikan harapan warga. Alhamdulillah, pemugaran kawasan makam ini akhirnya terlaksana. Kawasan yang dulunya kumuh, angker, dan tidak terurus, kini berubah menjadi lebih bersih, rapi, dan layak diziarahi,” kata Daniel di hadapan warga Lampaseh Aceh, pada Sabtu 26 Juli 2025.
Dalam budaya Aceh, makam bukan hanya tempat bersemayamnya jasad, tapi juga ruang spiritual yang mengingatkan akan kehidupan abadi. Oleh karena itu, pemugaran ini disambut hangat oleh masyarakat.
Sebagai bentuk syukur, masyarakat pun menggelar khanduri jeurat, tradisi khas Aceh untuk menghormati para penghuni alam barzakh. Daniel tak sekadar menjawab aspirasi, ia hadir sebagai bagian dari masyarakat itu sendiri.
“Hari ini, saya berdiri di hadapan Bapak-Ibu sekalian bukan hanya sebagai Wakil Ketua DPRK Banda Aceh. Saya berdiri di sini sebagai bagian dari Bapak Ibu semua, yang punya tanggung jawab moral dan nurani untuk hadir ketika masyarakat membutuhkan,” ujarnya.
Kondisi makam sebelumnya memang memprihatinkan, tanpa pagar, tertutup ilalang, dan nyaris terlupakan. Warga yang melewati kawasan itu bahkan enggan menoleh karena kesan seram yang menyelimuti area tersebut.
Namun setelah mendengar keluhan warga, Daniel Abdul Wahab, sosok politisi muda dari Partai Nasdem, langsung mengambil langkah nyata dan membawa perubahan.
“Warga sering sampaikan ke kami agar makam ini dipugar, maka kami bantu fasilitasi. Hari ini jadi bukti, bahwa harapan itu bukan sekadar ucapan,” ujar Daniel penuh haru.
Keuchik Lampaseh Aceh, Yushadi S.Ag, turut menyampaikan apresiasi mendalam atas perhatian yang diberikan Daniel. Ia menegaskan bahwa pemugaran ini bukan hanya sesuai kebutuhan masyarakat, tapi juga menyentuh sisi emosional dan keimanan warga.
“Terima kasih atas perhatiannya, apa yang diperjuangkan ini memang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Semoga semua penghuni makam ini dilapangkan kuburnya dan menjadi asoe syurga (penghuni surga),” ujarnya.
Warga lainnya, Yusnidar, tak bisa menyembunyikan rasa harunya. Di pemakaman itu, bersemayam kakek dan kerabatnya. Selama bertahun-tahun, ia dan keluarganya harus membersihkan area makam seadanya agar bisa berziarah.
“Sekarang makam sudah bersih dan tampak lebih nyaman untuk diziarahi. Kami sangat berterima kasih,” ucapnya lirih.
Kisah ini bukan sekadar tentang pagar dan batu nisan. Ini adalah cerita tentang empati, kebersamaan, dan kepedulian. Sebuah bukti jika para pemimpin mendengar dan merasakan suara hati rakyatnya, maka perubahan bukanlah sesuatu yang mustahil.
Editor: Tim Redaksi