MITRABERITA.NET | Ribuan jamaah Tarekat Syattariyah di Kabupaten Nagan Raya merayakan Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah lebih awal dua hari dibanding mayoritas umat Islam di Indonesia.
Mereka menggelar Salat Id pada Sabtu pagi 29 Maret 2025, di Masjid Peuleukung, Gampong (Desa) Peuleukung, Kecamatan Seunagan Timur, Nagan Raya.
Para jamaah ini merupakan pengikut Tarekat Syattariyah yang dipimpin oleh Abu Habib Muda Seunagan atau lebih dikenal sebagai Abu Peuleukung.
Pelaksanaan Salat Id juga berlangsung di berbagai dayah dan pesantren Tarekat Syattariyah di Nagan Raya, Aceh Barat, serta sejumlah daerah lain di Aceh.
Bupati Nagan Raya, Teuku Raja Keumangan, menjelaskan bahwa keputusan merayakan Idul Fitri lebih awal didasarkan pada metode hisab bilangan lima.
“Kami melaksanakan Salat Id hari ini setelah menjalankan ibadah puasa Ramadan selama satu bulan penuh,” ujarnya, dikutip dari Antara.
Menurut Teuku Raja Keumangan, metode hisab bilangan lima yang digunakan oleh jamaah Tarekat Syattariyah telah diwariskan sejak lama, termasuk oleh ulama kharismatik Aceh, Abu Habib Muda Seunagan.
Metode ini menjadi dasar dalam menentukan awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha di kalangan pengikut tarekat tersebut.
Tradisi perhitungan ini telah diterapkan selama lebih dari 200 tahun, dan hingga kini masih dipegang teguh oleh ribuan jamaah, tidak hanya di Nagan Raya, tetapi juga di berbagai wilayah Aceh.
Meski sering merayakan Idul Fitri lebih awal dibanding mayoritas umat Islam, perbedaan ini tidak pernah menjadi persoalan di tengah masyarakat.
Teuku Raja Keumangan mengingatkan para jamaah yang telah berlebaran agar tetap menghormati umat Islam lainnya yang masih menjalankan ibadah puasa Ramadan.
Ia meminta agar warga yang telah merayakan Idul Fitri tidak makan dan minum secara terbuka di hadapan mereka yang masih berpuasa.
“Kita harus menjaga persatuan dan menghormati sesama, agar kehidupan bermasyarakat tetap harmonis,” tutupnya.