MITRABERITA.NET | Dampak paling parah akibat hujan ekstrem dalam dua hari terakhir terjadi di Kabupaten Tapanuli Selatan. BPBD melaporkan delapan warga meninggal dunia, 58 lainnya luka-luka, dan 2.851 warga terpaksa mengungsi akibat banjir dan tanah longsor yang terjadi secara bersamaan.
Berdasarkan hasil kaji cepat, bencana di Tapanuli Selatan melanda 11 kecamatan, termasuk Sipirok, Marancar, Batangtoru, Angkola Barat, Muara Batangtoru, Angkola Sangkunur, Angkola Selatan, Sayur Matinggi, Batang Angkola, Tanah Timbangan, dan Angkola Muaratais.
Di Tapanuli Utara, BPBD juga melaporkan 50 rumah terdampak dan dua jembatan putus akibat tingginya debit air yang membawa material lumpur dan bebatuan. Untuk sementara, jalur alternatif Pangaribuan–Silantom direkomendasikan sebagai akses penghubung.
Sementara itu, gelombang bencana ini terjadi tidak hanya karena hujan lokal, tetapi juga dipengaruhi dua fenomena atmosfer, yakni Siklon Tropis KOTO di Laut Sulu dan Bibit Siklon 95B di Selat Malaka.
Keduanya memicu pembentukan awan konvektif dan menarik massa udara basah menuju wilayah barat Indonesia sehingga curah hujan meningkat drastis.
BMKG memperingatkan potensi hujan lebat, angin kencang, hingga gelombang tinggi di beberapa perairan Sumatera Utara dan Aceh dalam 24 jam ke depan.
Editor: Redaksi









