MITRABERITA.NET | Majelis Permusyawaratan Wilayah Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) Aceh bersama Pemerintah Aceh dan Diaspora Aceh Global (DAG) akan menggelar Muzakarah Saudagar Aceh dan Expo UMKM pada 21–23 November 2025 di Balai Meuseuraya Aceh, Banda Aceh.
Agenda besar ini dirancang menjadi titik balik ekonomi Aceh—membuka pasar global bagi UMKM, menarik investasi, sekaligus menjawab kegelisahan masyarakat tentang Aceh yang masih berstatus provinsi termiskin di Sumatra.
Mengangkat tema “Saweu Pakat Saudagar Aceh, Aceh Makmue Meuseuraya”, forum ini menghadirkan tokoh nasional dan internasional seperti Dr. Ing. Ilham Akbar Habibie MBA, Datuk Mansyur Usman dari Malaysia, serta pakar rantai pasok global Marco Tieman dari Inggris.
Ketua ISMI Aceh, Nurchalis, menegaskan bahwa kondisi Aceh saat ini tidak boleh dibiarkan berjalan tanpa terobosan berarti. Ia secara terbuka menyebut status Aceh sebagai provinsi termiskin merupakan “kegelisahan nyata” yang harus dijawab dengan tindakan, bukan sekadar wacana.
“Aceh masih termiskin. Ini kegelisahan yang tidak bisa disembunyikan. Maka pertanyaannya, apa langkah konkret yang bisa kita lakukan?” ujar Nurchalis dalam konferensi pers, di Banda Aceh, pada Rabu 19 November 2025.
Menurutnya, selama ini banyak gagasan pembangunan ekonomi Aceh hanya berhenti di meja diskusi. Karena itu, ISMI mendorong forum muzakarah melahirkan keputusan nyata—termasuk kontrak bisnis, pembukaan pasar ekspor, dan kelahiran pelaku usaha baru.
ISMI Aceh menargetkan UMKM Aceh naik kelas dengan dua fokus utama, yaitu menyatukan komitmen saudagar dan pemerintah untuk membangun ekonomi Aceh, dan membuka akses produk UMKM Aceh ke pasar internasional.
Sebanyak 60 booth UMKM layak ekspor akan ditampilkan, meliputi kopi, herbal, kerajinan, kuliner olahan, dan berbagai produk berbasis kearifan lokal lainnya yang akan diangkat ke pasar global.
Agenda penting lainnya mencakup, business matching dengan pengusaha luar negeri, seminar ekspor–impor, klinik UMKM (sertifikasi, legalitas, branding, pembiayaan); penandatanganan MoU lintas sektor, serta promosi UMKM Aceh ke 21 negara melalui jaringan Diaspora Aceh Global.
“Kalau UMKM kita bisa ekspor ke satu, dua, tiga negara, maka akan tumbuh puluhan pelaku UMKM baru. Yang Aceh butuhkan itu kerja, bukan wacana,” kata Nurchalis.
ISMI menyoroti bahwa secara geografis dan geopolitik, Aceh memiliki posisi strategis yang seharusnya menjadi motor penggerak ekonomi kawasan. Namun potensi tersebut belum dikelola secara maksimal.
“Sejak nenek moyang, Aceh punya DNA saudagar. Tapi investasi rendah, akses pasar terbatas. Kita perlu langkah agresif untuk bangkit,” ujar Nurchalis.
Sementara itu, Ketua Panitia, Muhammad Balia, mengatakan persiapan kegiatan dilakukan selama hampir satu tahun, termasuk komunikasi dengan jaringan saudagar dari sejumlah negara.
Rangkaian kegiatan mencakup: pelantikan Pengurus ISMI Aceh oleh Gubernur, seminar nasional dan internasional, pameran UMKM, business matching, MoU investasi lintas sektor, dan pemberian penghargaan bagi 10 saudagar Aceh berprestasi.
“Kami ingin lahir kolaborasi konkret antara saudagar, diaspora, dan pemerintah. Ini bukan acara seremonial, tetapi forum strategis bagi kebangkitan ekonomi Aceh,” ujar Balia.
Ia menegaskan bahwa ISMI sangat optimis Muzakarah Saudagar Aceh tahun ini menjadi momentum membangun ekosistem ekonomi Aceh yang inklusif, berkelanjutan, dan terhubung dengan pasar global.
Penulis: Hidayat Pulo | Editor: Redaksi













