KEBUGARANTRENDUTAMA

Alarm Merah HIV-AIDS di Aceh: 81 Persen Penderitanya Laki-laki, Mayoritas Usia Produktif

×

Alarm Merah HIV-AIDS di Aceh: 81 Persen Penderitanya Laki-laki, Mayoritas Usia Produktif

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi HIV-AIDS. Foto: Ashefa Griya Pusaka

MITRABERITA.NET | Peningkatan kasus HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Aceh kembali menjadi sorotan. Berdasarkan data terbaru hingga September 2025, ditemukan kenaikan kasus HIV pada kelompok usia muda, terutama rentang usia 21–30 tahun, yang mencapai hampir 46 persen dari total kasus baru.

Dalam Pembekalan dan Sharing Session bertajuk “Konten Edukasi tentang HIV, Sifilis, Hepatitis B, dan Pencegahan Penularan Ibu ke Anak” yang diselenggarakan Sahas Inisiatif bersama UNICEF Perwakilan Aceh, di Ivory Kuphi, Jalan Teuku Umar, Banda Aceh, pada Senin 3 November 2025, terungkap fakta mengejutkan.

Menurut data yang dipaparkan Epidemiolog pada Dinas Kesehatan Aceh, Muhammad Jamil, SKM., MKes, yang menjadi narasumber pada kegiatan tersebut, terungkap bahwa HIV/AIDS di Aceh hingga September 2025, sebanyak 81 persen kasus HIV di Aceh dialami oleh laki-laki.

Dari jumlah tersebut, 53 persen di antaranya dilaporkan memiliki perilaku seksual berisiko tinggi. Selain itu, sebanyak 6 persen kasus terjadi pada usia 11–20 tahun, menunjukkan tren penularan yang semakin mudah dan mengkhawatirkan.

“Peningkatan ini harus menjadi perhatian serius semua pihak. Pencegahan, edukasi, dan deteksi dini menjadi langkah utama menyelamatkan generasi muda Aceh dari ancaman HIV dan penyakit menular seksual lainnya,” ujarnya, yang meminta dukungan media untuk menyampaikan kondisi tersebut kepada publik.

Berdasarkan data yang dipaparkan, terungkap juga hasil skrining yang dilakukan antara Januari–September 2025, ditemukan 120 orang positif HIV/AIDS dan 37 orang positif sifilis. Bahkan, enam ibu hamil dan enam calon pengantin terkonfirmasi positif HIV setelah dilakukan pemeriksaan.

Faktor Penularan

Penyakit HIV diketahui menular melalui hubungan seksual berisiko, penggunaan jarum suntik narkoba, serta transfusi darah. Selain itu, penularan dari ibu ke bayi juga menjadi salah satu jalur transmisi yang perlu diwaspadai.

Beberapa gejala IMS yang harus diwaspadai masyarakat antara lain keluarnya cairan tidak normal dari alat kelamin, luka di sekitar area genital, nyeri perut bagian bawah, hingga pembengkakan pada testis atau lipatan paha.

Yang lebih mencengangkan, berdasarkan data survei BKKBN (SKRRI 2020), tercatat 8 persen remaja pria dan 2 persen remaja perempuan usia 15–24 tahun di Indonesia termasuk Aceh telah melakukan hubungan seks pra nikah. Sebagian besar di antaranya mengaku melakukannya karena “penasaran” atau “dipaksa oleh pasangan”.

Kondisi ini dikhawatirkan meningkatkan risiko penularan IMS dan HIV. Itu sebabnya, masyarakat terutama para orang tua, guru, dan tokoh agama, diimbau untuk lebih aktif memberikan edukasi kesehatan reproduksi dan moral sejak dini.

Dinas Kesehatan Aceh menegaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan berbagai langkah antisipasi, termasuk program skrining HIV bagi ibu hamil dan calon pengantin, kampanye edukasi tentang bahaya seks bebas dan narkoba suntik, serta penguatan layanan konseling dan pengobatan bagi penderita HIV/AIDS.

“Pencegahan harus dimulai dari rumah. Jangan menunggu angka kasus meningkat baru bertindak. Kita harus saling peduli dan mengajak masyarakat agar mau memeriksa kesehatan, agar dapat mencegah penularan,” katanya.

Penulis: Hidayat | Editor: Redaksi

Media Online