MITRABERITA.NET | Hampir setahun memimpin, Bupati Aceh Barat Tarmizi tampil sebagai sosok pemimpin yang berbeda. Ia bukan tipe yang gemar berbicara di depan kamera, melainkan pemimpin yang memilih bekerja dalam diam dan menghadirkan perubahan nyata di tengah masyarakat.
Menurut Pengamat Politik dan Kebijakan Publik, Dr. Usman Lamreung, gaya kepemimpinan Tarmizi mencerminkan karakter pemimpin yang fokus pada substansi, bukan pencitraan.
“Tarmizi ini tipikal pemimpin pekerja. Ia tidak banyak bicara, tapi hasilnya mulai terlihat, dari pembenahan layanan publik, perhatian pada gampong, hingga keberaniannya mengoreksi hal-hal yang selama ini dianggap tabu,” ujar Dr. Usman Lamreung kepada MITRABERITA.NET, Selasa 14 Oktober 2025.
Langkah awal yang dilakukan Tarmizi terbilang fundamental: memastikan gaji Keuchik dan perangkat gampong dibayar tepat waktu. Bagi sebagian orang ini mungkin sederhana, tapi bagi aparatur gampong –ujung tombak pelayanan publik– ini adalah bentuk penghargaan dan dorongan semangat kerja.
Tak berhenti di situ, Tarmizi juga menuntaskan masalah klasik birokrasi dengan menghadirkan Mal Pelayanan Publik (MPP). Kini masyarakat tak perlu berkeliling kantor untuk mengurus perizinan. Semua proses disederhanakan, cepat, transparan, dan terintegrasi dalam satu atap.
Langkah berani lainnya ialah saat ia memerintahkan audit dana Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan tambang yang beroperasi di Aceh Barat.
“Ini langkah langka dan berani. Banyak kepala daerah menghindari isu CSR, tapi Tarmizi justru membukanya agar jelas ke mana aliran dana itu. Tujuannya sederhana, agar hasil bumi kembali dinikmati masyarakat,” tambah Usman Lamreung.
Di sektor pendidikan, perhatian Tarmizi menyentuh akar persoalan: mengatasi anak putus sekolah dan menyiapkan SDM lokal agar bisa diserap perusahaan tambang dan sektor swasta. Program seperti Sarjana Membangun Gampong menjadi bukti keseriusannya membangun kualitas manusia di daerah.
Kepemimpinannya juga dikenal manusiawi dan inklusif, terlihat dari kepeduliannya terhadap kelompok disabilitas dan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa). Ia tak hanya membangun jalan dan infrastruktur, tapi juga memastikan tidak ada warga yang tertinggal dari pembangunan.
Meski baru sembilan bulan menjabat, Tarmizi dinilai berhasil menyalakan semangat perubahan di Aceh Barat. Namun, Dr. Usman mengingatkan bahwa tantangan sesungguhnya adalah menjaga konsistensi dan kesinambungan program di tengah dinamika birokrasi dan keterbatasan anggaran.
“Program yang bagus bisa gagal jika tidak dijaga semangat eksekusinya. Ini fase penting untuk melihat apakah Tarmizi mampu mempertahankan momentum perubahan,” tegas Usman.
Pada akhirnya, ukuran keberhasilan Tarmizi tidak diukur dari banyaknya program, melainkan sejauh mana rakyat kecil benar-benar merasakan manfaat nyata dari kepemimpinannya. Dan di situlah, menurut Usman Lamreung, nilai sejati dari kepemimpinan Tarmizi akan diuji.
Penulis: Hidayat | Editor: Redaksi