MITRABERITA.NET | Ketegangan internal antara militer dan pemerintahan Israel kian mencuat ke permukaan setelah kegagalan operasi militer dan diplomatik dalam membebaskan para sandera dari Gaza.
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Eyal Zamir, dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk mengundurkan diri, sebuah sinyal serius akan krisis kepercayaan yang kini mengguncang jantung kekuasaan Israel.
Laporan eksklusif dari surat kabar Yedioth Ahronoth menyebutkan bahwa Zamir merasa frustrasi karena harus memikul beban besar tanpa dukungan strategis yang jelas dari pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Kebuntuan dalam negosiasi pembebasan sandera dengan Hamas, terutama di Doha, serta kegagalan berulang dalam operasi militer, semakin memperburuk situasi.
Ketegangan ini bukan lagi sekadar perbedaan pandangan, tetapi telah berubah menjadi keretakan nyata. Dalam rapat kabinet, beberapa menteri dilaporkan melontarkan komentar sinis terhadap militer, memicu kemarahan dari kalangan internal IDF.
Zamir, dalam forum tertutup, bahkan dikabarkan menyatakan ketidakpuasan terhadap absennya arahan strategis jangka panjang dari pemerintah terkait masa depan perang di Gaza.
“Zamir menghadapi dilema berat,” ungkap laporan stasiun televisi Channel 12, seperti dilansir iNews.id, Sabtu 2 Agustus 2025.
“Di satu sisi, ia dibayangi kegagalan operasi dan tekanan politik. Di sisi lain, tanggung jawab sebagai panglima tertinggi IDF dalam situasi perang membuatnya tidak bisa begitu saja melepaskan posisi.”
Sikap ambigu Netanyahu yang lebih memilih diam atau menyampaikan pernyataan tanpa arah tegas turut memperburuk situasi. Kalangan militer merasa ditinggalkan dan menjadi satu-satunya pihak yang harus menanggung beban konflik berkepanjangan ini.
Retaknya hubungan antara elite militer dan pimpinan politik menjadi pertanda semakin besarnya krisis legitimasi di dalam negeri. Jika Zamir benar-benar mundur, itu akan menjadi pukulan telak bagi stabilitas pemerintahan Netanyahu.
Keluarga para sandera, oposisi, hingga komunitas internasional, kian gencar mengkritik pendekatan Israel dalam menyelesaikan konflik, yang dinilai minim solusi dan semakin menjerumuskan rakyatnya ke jurang ketidakpastian.
Editor: Tim Redaksi