MITRABERITA.NET | Dalam perang yang berlangsung hanya 12 hari bulan lalu, Iran secara mengejutkan menunjukkan kekuatan militernya di luar dugaan dunia internasional, terutama dengan presisi serangan rudalnya yang berhasil menembus sistem pertahanan canggih milik Israel.
Salah satu catatan paling mencengangkan adalah keberhasilan Iran menghantam lima fasilitas militer Israel dari jarak lebih dari 1.770 kilometer dengan rudal balistik berpresisi tinggi.
Laporan-laporan terbaru yang dirilis media internasional mengungkapkan, luka mendalam yang diderita Israel ternyata jauh lebih parah dari yang pernah dipublikasikan sebelumnya.
Markas rahasia Mossad, yang selama ini dikenal memiliki tingkat keamanan tertinggi, menjadi salah satu target serangan balasan Iran yang tepat sasaran dan menghancurkan.
Selama konflik berlangsung, pemerintah Israel menerapkan sensor ekstrem terhadap media, melarang publikasi foto dan video dari lokasi-lokasi strategis yang hancur.
Namun, informasi tetap bocor lewat laporan independen, termasuk data radar satelit dari ilmuwan Universitas Negeri Oregon, Amerika Serikat, yang dikutip The Telegraph.
Laporan tersebut menyebut bahwa serangan Iran menghantam wilayah utara, selatan, dan tengah Israel, termasuk Pangkalan Udara Tel Nof, pangkalan logistik militer, serta pusat pengumpulan data intelijen strategis.
“Fasilitas-fasilitas tersebut diserang menggunakan total enam rudal,” tulis The Telegraph.
Walaupun sebagian Rudal Iran berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Iron Dome dan David’s Sling, namun proporsi rudal yang berhasil lolos meningkat tajam dalam delapan hari pertama konflik, menjebol pertahanan yang selama ini dianggap salah satu yang terkuat di dunia.
Konflik memanas setelah Israel melancarkan serangan ke wilayah Iran pada 13 Juni, menghantam fasilitas nuklir strategis di Natanz dan Isfahan, yang menyebabkan lebih dari 900 orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka.
Iran langsung membalas keesokan harinya dengan serangan rudal balistik dan drone secara besar-besaran yang membuat panik seluruh penduduk Israel.
Kementerian Kesehatan Israel mencatat, serangan Iran menewaskan 28 orang dan melukai 3.238 orang lainnya, termasuk warga sipil. Dalam catatan militer, Iran meluncurkan sekitar 550 rudal balistik dan 1.000 drone tempur ke wilayah Israel.
Meskipun sebagian besar serangan berhasil dipatahkan, sejumlah rudal tetap berhasil menghantam gedung apartemen, pembangkit listrik di Israel selatan, dan kilang minyak di Haifa.
Dampak serangan tidak hanya merobohkan infrastruktur militer. Sebanyak 240 bangunan rusak berat, memaksa lebih dari 13.000 orang mengungsi.
Trauma dan ketakutan menyebar di tengah warga Israel, yang tak menyangka akan mengalami kerugian sebesar ini dari serangan negara yang selama ini mereka anggap jauh di bawah mereka dari sisi teknologi militer.
Kenyataan bahwa sistem pertahanan canggih Israel bisa ditembus dengan mudah oleh rudal-rudal Iran mengguncang persepsi global tentang kekuatan militer di kawasan Timur Tengah.
Para analis menilai keberhasilan ini bukan hanya soal kekuatan, tapi juga kecanggihan sistem navigasi dan intelijen Iran yang semakin matang.
Serangan ini menunjukkan bahwa Iran kini tidak lagi hanya menjadi aktor regional, tetapi telah menjelma menjadi kekuatan militer yang mampu menyerang dengan presisi tinggi dari jarak ribuan kilometer.
Banyak pihak mulai mempertanyakan: apakah ini titik balik geopolitik Timur Tengah? Dan apakah Israel akan tetap mampu mempertahankan posisinya sebagai kekuatan dominan?
Editor: Tim Redaksi