MITRABERITA.NET | Harga emas kembali mencatatkan lonjakan tajam dalam sehari. Pada Jumat, 13 Juni 2025, harga emas di Banda Aceh melonjak menjadi Rp 5.800.000 per mayam.
Harga tersebut naik signifikan dari harga sehari sebelumnya yang masih berada di angka Rp 5.700.000. Kenaikan ini menandai selisih Rp 100.000 hanya dalam 24 jam.
Informasi tersebut diperoleh dari akun resmi instagram toko emas ternama di Banda Aceh, Bina Nusa (@bina.nusa), yang rutin mempublikasikan harga emas terkini setiap harinya.
Kenaikan tajam ini memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat, terutama bagi calon pembeli emas yang menjadikannya sebagai investasi atau kebutuhan perhiasan.
Apalagi, harga tersebut belum termasuk ongkos pembuatan yang saat ini berada di kisaran Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu per mayam, tergantung tingkat kerumitan model perhiasan yang dipilih.
Sejumlah analis memperkirakan lonjakan harga emas ini turut dipengaruhi oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah.
Konflik antara dua negara besar yang memiliki kekuatan nuklir di kawasan tersebut telah memicu kekhawatiran global dan menggoyang pasar komoditas, termasuk emas.
“Konflik di Timur Tengah, khususnya antara Iran dan Israel, mendorong investor global mencari aset aman atau safe haven. Emas menjadi pilihan utama ketika ketidakpastian meningkat,” ujar seorang pengamat ekonomi di Banda Aceh.
Kondisi geopolitik yang tidak stabil kerap kali mendorong lonjakan harga emas, karena emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan gejolak pasar.
Fenomena ini membuat banyak pelaku pasar di Aceh dan daerah lainnya mulai kembali memborong logam mulia sebagai bentuk proteksi keuangan.
Seorang warga Banda Aceh, Nurul (32), mengaku terkejut dengan kenaikan harga yang begitu cepat.
“Baru kemarin saya cek masih Rp 5,7 juta, sekarang sudah naik lagi. Kalau begini terus, bisa-bisa bulan depan tembus Rp 6 juta per mayam,” ujarnya saat ditemui di kawasan Pasar Aceh.
Sementara itu, para pedagang emas justru menyambut baik kenaikan ini karena mendorong geliat pasar dan transaksi jual-beli, meski di sisi lain mengurangi daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah.
Penulis: Ismail | Editor: Redaksi